Iklan drama Korea terbaru, Hometown Chachacha, sering wara-wiri dan selalu berada di barisan atas laman Netflix setiap kali saya login. Seolah dia sedang memanggil-manggil agar saya menontonnya.
Saya kurang tertarik karena kata ‘chachacha’ terdengar sangat cringy. Tidak sejalan dengan thumbnail-nya yang berupa foto sepasang kekasih yang sudah terlihat mature. Menurut saya, ‘chachacha‘ itu lebih pas untuk sepasang kekasih yang masih SMA atau remaja.
Witing tresno jalaran soko kulino. Sebegitu seringnya nongol, akhirnya membikin saya penasaran juga.
Barulah saya notice dengan kata yang berada di depan ‘chachacha‘, yakni ‘hometown‘, yang seketika memberi saya kehangatan.
Saya pun jadi teringat dengan film Reese Witherspoon, Sweet Home Alabama, yang mengisahkan tentang seorang wanita metropolitan yang karena suatu hal mengharuskannya untuk pulang ke kampung halamannya yang ndeso. Somehow dia malah lebih betah dan memutuskan untuk meninggalkan kehidupan glamour-nya di kota demi hidup di hometown-nya.
Nah vibe Hometown Chachacha sama persis nih!

K-drama Hometown Chachacha yang Diambil
Saat Acara Drama Sedang Berlangsung
(Made with CANVA)
Kenalan Singkat dengan Yoon Hye-Jin
Yoon adalah seorang wanita karir Seoulite yang sukses, typical para wanita fancy dan fashionable yang tergambar di majalah Cosmopolitan. Keteledoran yang dilakukannya dalam keadaan mabuk, membuatnya dipecat dari klinik gigi tempat dia bekerja.
Dalam kagalauannya, Yoon ingin refreshing sejenak ke kota kelahirannya, Gongjin, yang sudah lama tidak dikunjungi. Jaraknya yang tidak terlalu jauh dari Seoul, bisa dijangkau dengan mengendarai mobil Audi mewahnya selama beberapa jam saja.
Gongjin adalah kota kecil di pesisir pantai yang picturesque. Pemandangannya breathtaking; cuacanya sejuk dan segar; tenang dan peaceful; orang-orangnya saling kenal; …
Sungguh berbeda dengan kemewahan Seoul yang penuh hingar bingar; ramai dan fast pace; penduduknya relatif individualistis dan materialistis; …
Saya tidak akan menuliskan alur ceritanya, melainkan ingin meng-highlight nilai-nilai human being dalam bermasyarakat yang ditampilkan dalam 2 episode pertamanya yang sudah tayang.
Pelajaran Pertama: Shock Culture
Layaknya seorang wanita kota besar yang behavior-nya independen, straightforward, dan cenderung elu elu gw gw; kedatangannya menghebohkan penduduk lokal sekitar.
Yoon terang-terangan bilang ke pemilik toko kelontong terlengkap di Gongjin bahwa tokonya tidak sesuai yang diklaim karena tidak menjual shampoo impor andalannya.
Yoon juga tidak segan-segan memperlihatkan kejijikannya ketika ada seorang wanita elder yang mau menyuapinya dengan tangannya secara langsung di suatu acara pesta. Wkwkwk tentu saya juga tidak mau disuapin begitu due to masalah higienitas, tapi saya akan menolaknya dengan cara yang subtle.
Selera dekorasi rumah Gongjiners yang tidak internesyenel pun dia cela. Not to mention, kesukaan lagu mereka yang analog dengan aliran dangdut kalau di Indonesia, juga dia ‘batin’.
Kelakuannya yang sudah ‘parah’ di mata para penduduk lokal makin diperparah saat ada mishap. Obrolan dengan sahabatnya saat sedang bertelepon terdengar oleh warga sekitar, yang ndilalah isinya adalah keluh kesahnya yang menjelek-jelekkan mereka. Waduh kebayang awkward-nya kan.
Mereka yang awalnya welcome, jadi tidak respect lagi dengannya, bahkan berakibat pada sepinya klinik gigi yang baru dia buka.
Sebenarnya bukan hal yang besar ya, karena hampir setiap orang pernah badmouthing orang lain kan. Ehehehe. Sedang apes saja sih si Mba Yoon ini.
Dengan adanya rentetan event (karena shock culture) ini, Chief Hong datang menasehatinya. Sok bener aje nih cowok. Sok sok ikut campur pula. *tepok jidat
Well, let’s put it aside. Despite his being an %#&×%×%, kata-kata yang dikemukakan Chief Hong: dalam, bijaksana, dan patut kita resapi:
“You think you’re better than everyone. Being smart, you got good grades, and became a dentist. Your life must’ve been smooth. Not always, of course, but all you hit were simple speed bumps. Getting over those small bumps, you thought that willpower could get you anywhere.”
(“Kamu pikir kamu hebat ya. Pintar, nilainya bagus-bagus, dan berhasil menjadi dokter gigi. Hidupmu pasti mulus ya. Hhmm tidak selalu pastinya, tapi kalaupun ada masalah, palingan kecil doang. Menurutmu, hanya dengan modal ‘tekad’, kamu bisa meraih semua keinginanmu.”)
“Life isn’t so fair for all of us. Some spend whole lives on unpaved roads, while some run at full speed only to reach the edge of a cliff.”
(“Hidup itu kadang tidak adil bagi kita semua. Ada yang melalui jalan gronjalan di hidupnya; ada yang lari kencang tapi hanya akan jatuh ke jurang.”)
“You freely judge other people’s lives but are offended when you’re being assessed?”
(“Kamu tuh seenaknya nge-judge orang lain tapi endak mau dikritik ya?”)
— Wow, panas juga ya kuping kalau ada orang yang unyuk-unyuk datang dan nyeramahi kayak gini.—
Intinya, sebagai sesama manusia, kita harus saling menghargai dan menghormati. Tidak boleh seenaknya memandang rendah orang lain karena kita (merasa) ‘lebih’.
“Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali”
Tan Malaka
Pelajaran Kedua: Mind How You Dress-Up
Nilai berikutnya adalah mengenai perihal berpakaian, yang berkorelasi dengan pepatah “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.”
Para wanita elder Gongjiners yang old fashioned mengelus dada saat melihat Yoon sedang jogging dengan memakai legging dan crop top. Mereka menganggap bahwa kok bisa ya ada orang tidak malu ke luar rumah hanya memakai long john (baju dalam yang mirip legging) dan perutnya ‘ke mana-mana’.

K-drama Hometown Chachacha yang Diambil
Saat Acara Drama Sedang Berlangsung
(Made with CANVA)
Wkwkwkwk, ya typical ibu-ibu pedesaan yang shock saat melihat gaya berpakaian terbuka para wanita muda kota besar.
Sebenarnya saya kaget dengan adegan ini karena saya berpikir bahwa para elder di Korea tidak ‘seketat’ elder di Indonesia. Ternyata sama saja ya. Ehehe. Atau mungkin karena mereka bukan penduduk kota besar? Mungkin nenek-nenek yang hidup di Seoul tidak menganggap outfit lari Yoon aneh kali ya?? Hhmm, saya tidak tahu.
Ya intinya, kita sebaiknya menyesuaikan diri dengan tempat kita berada, terutama dalam hal berbusana. Ketika sedang ada di daerah yang penduduknya masih konservatif dan belum menerima eksistensi baju modern, sudah sepatutnya kita menghormati mereka dengan menanggalkan baju ngepas favorit dan memakai baju yang lebih modest. Pengorbanan yang tentu tidak sia-sia karena hidup bermasyarakat akan lebih guyub dan rukun.
Meskipun baru tayang 2 episode, drama Korea terbaru di Netflix ini sudah memberi saya insight dan nilai moral yang dense dan bermanfaat. Terima kasih ya Hometown Chachacha.
Btw saya penasaran, skill dan profesi apa lagi ya yang bisa dilakukan oleh Chief Hong, selain: pemancing ikan; pegawai pelelangan ikan; Mas kantin di sauna; barista kopi; fotografer; pembuat sabun homemade; Mas delivery paket; penerjemah bahasa isyarat; ……………… INGAT! Ini baru 2 episode lho! Dan sudah sebanyak itu daftarnya! *jawdropping