Mendengarkan radio adalah hal yang menyenangkan dilakukan saat sedang menyetir. Kebayang bosennya kalau tidak ada radio di mobil, ehehe. Hhmmm sepertinya bisnis radio tidak akan pernah padam selama orang masih berkendara ya. Diantara channel yang ada, saya paling klik dengan 90.4 Cosmopolitan FM, gak pernah nyoba cari channel lain.
Siang itu muncul lagu jadoel yang… ummm sebenarnya tidak terlalu menarik buat saya, tapi cerita di balik lagu itulah yang membuat saya ingin mendengarkan iramanya setiap mikrodetiknya dengan sempurna.

A Blast from the Past
Ingatan saya kembali ke tahun 2007.
Sore itu saya sedang bersiap-siap untuk acara nanti malam, yang bertempat di Ciumbuleuit. Si dia yang pecinta musik, yang juga seorang keyboardist di band yang dia bentuk dengan teman-teman sejurusannya, tentu sangat bersemangat dengan event beginian.
“Bakal ada banyak musisi, Ril. Ada Club Eighties, ada ini, ada inu, ada itu,….(lupa detailnya)….”
Saya mengangguk-angguk saja dengan mata berbinar. Melihatnya sangat excited membuat saya ikut excited juga. Ya, apapun yang si dia suka, saya PASTI semangat untuk menemaninya meskipun saya clueless ehehe.
Aksi Merepotkan Diri Sendiri
Sejak beberapa hari sebelumnya, —ehh malah sejak si dia ngasih tahu ding ehehe— saya sudah bingung memilih baju yang akan saya kenakan di hari H. Beberapa kombinasi atasan, bawahan, dress, semua saya padu padankan, dan akhirnya… voila, baju pilihan berhasil saya tentukan. Yang kemudian saya setrika dan saya gantung di hanger dengan rapih.
Sayangnya, saat hari H tiba, saya ragu dengan baju yang sudah saya siapkan tersebut, akhirnya mulailah kembali saya ngodal-ngadel isi lemari ahahaha. Anehnya baju yang saya pilih di detik-detik menjelang jam dijemput adalah baju yang pertama kali banget saya pilih. Wkwkwk perk of living pacaran life.
Dress sepanjang betis yang saya kombinasikan dengan kaos lengan pendek warna kuning. Kemudian untuk sepatu, saya memilih menggunakan sneakers karena acaranya outdoor, kalau pakai sepatu ‘centil’, malah jadi repot dan ga bisa bebas loncat-loncat atau apapun yang biasa dilakukan orang-orang saat nonton konser.
Begitulah indahnya masa pacaran ahahaha, ribet sendiri dalam hal memilih baju, pinginnya terlihat ‘wah’ di mata si dia setiap kali ketemu. Dan, ndilalahnya, si dia selalu memuji setiap kita ketemu. Umm let’s say perjuangan saya beriweh-riweh ria memilih baju tidak sia-sia wkwkwk.
Let’s Go, Darling!
Akhirnya jam 5 sore tiba, si dia sudah menunggu di depan kost-an. Kami akan berkendara dengan naik motornya yang si dia bawa dari kampung halamannya sejak pertama kali dia memasuki ITB di tahun 2004, AA plat-nya.
Seperti biasa, begitu saya keluar, dan si dia melihat saya, pujian keluar dari mulutnya. Awww awww awww rasanya berbunga-bunga tentu ehehehe. Dipuji sama lelaki yang dicintai tuh memang bikin melayang ya.
Sore itu langit gelap dan mendung, ada tanda-tanda akan hujan nih. Jadi si dia mengajak saya mampir sebentar ke kost-nya untuk mengambil jas hujan. Ya begitulah kalau naik motor, hujan kehujanan, panas kepanasan ehehe.
Begitu sampai kost-nya yang tidak terlalu jauh dari lokasi kost saya, teman-temannya juga sedang bersiap-siap berangkat ke konser yang sama. Ada 2 mobil yang tersedia karena teman teman kost-nya juga masing-masing membawa pasangan, maka transportasi pun diperhitungkan.
Temannya mengajak kami barengan naik mobil karena masih muat dan cuaca juga sudah menunjukkan hujan akan segera turun.
Saya sudah seneng tuh karena kalau naik motor kan, dengan dress yang saya pakai, jadi bisa bau asep dan basah kena hujan wkwk. Jadi gak seger lagi lah rasanya.
Kagetnya, si dia menolak. Huhhh. Saya sempat sebel waktu itu. Tapi langsung hilang seketika sebelnya saat dia bilang, “Aku pingin berduaan saja sama kamu…”
Awww awww awww wkwkwkwk.
Ya sudahlah akhirnya saya melihat dari angle lain, jika sedang hujan bisa hujan-hujanan bareng di atas motor dan pegangan erat sembari memeluk pinggangnya saat dibonceng. Eaaaa.
Bodo amat dah baju jadi basah, rambut jadi ga rapih, kebayang kan kalo abis helm-an wkwkwk, ditambah basah pula. Ya sudahlah.
Let’s Enjoy This Moment
Untungnya pas kita berangkat, hujannya belum turun. Jadi kami tiba di tempat tujuan dengan lancar, dan masih tampak perfect dandanannya, apalagi di sana para penontonnya juga rata-rata seumuran sama kami, pada berdandan all out semua. Wangi-wangi, fashionable, dan gaul.
Artis demi artis tampil bergantian. Saya lupa siapa saja yang tampil saat itu, ehehe. LAGI, saya memang niat utamanya kan bukan untuk nonton konsernya, melainkan pingin nempel kemanapun dia pergi. Wkwkwk.
Ada yang nge-beat, dan langsung disambut sukacita oleh para penonton dengan dance. Ada yang temponya enak buat loncat-loncat. Seru melihat para penonton bebas mengekspresikan pikirannya ketika mendengar suatu irama. Si dia pun tanpa malu-malu juga ikut dance bersama teman-temannya.
Nah akhirnya tibalah Club 80s naik ke podium, yang si dia klaim bahwa group band berkonsep vintage inilah yang si dia tunggu. Saya sering mendengar beberapa lagunya setiap kali saya berkunjung ke kost-nya. Lagu-lagu mereka selalu masuk di playlist di laptopnya. “Aku ngefans sama Vincent dan Desta, Ril!”, katanya.
‘Hingga Akhir Masa’
Beberapa lagu mereka nyanyikan dan kemudian ditutup dengan lagu yang mellow, judulnya ‘Hingga Akhir Masa’. Saat Club 80s memainkannya, si dia tanpa canggung dan kikuk memeluk saya dari belakang sambil mengajak saya menggerakkan badan dengan pelan mengikuti irama lagunya. “Lagu ini… buatmu..”. Hhmmm awww awww awww.
Padahal di situ banyak orang dan juga teman-temannya. Aduhhh saya awkward banget, tidak bisa membalas sentuhannya. Kalau kata orang jaman sekarang istilahnya ‘kaku kayak kanebo’ wkwkwk.
Lagu inilah yang membuat saya bahagia waktu itu. Lagunya mellow dan terasa nyesss terutama setelah si dia bilang bahwa ‘Hingga Akhir Masa’ merupakan ungkapan isi hatinya untuk saya.
Cherish the Unexpected Moment
Akhirnya acara selesai, jam sudah menunjukkan hampir jam 10 malam. Hujan rintik-rintik saat konser berlangsung pun masih belum reda. Kami lelah dan ingin cepat-cepat pulang, mandi, dan tidur dengan selimut tebal. Ahh nikmatnya.
Aaaaa ternyata harapan kami tidak kesampean, karena motornya mogoooook. Tidaaaak.
Sudah diapa-apain tetap tidak bergeming.
Si dia sempat menawarkan agar saya pulang duluan dengan nebeng temannya yang naik mobil.
Jelas saya menolak, kan memang tujuan awal saya buat si dia. Jadi mau ngapain pun, selama dia di dekat, ya pastinya tetap terasa indah. Bahkan ketika motornya mogok di gerimis malam hari yang dingin di Bandung. Ditambah ngantuuuuk poool.
Setelah berkali-kali mencoba ngapa-ngapain motornya dan tetap tidak ada tanda bisa nyala, akhirnya kami bertekad HARUS pulang. Terpaksa, mau ga mau harus pulang. Akhirnya kami jalan kaki bersama sambil si dia menuntun motornya. Ahahaha kasian banget si dia.
Jalanan Ciumbuleuit yang naik turun lumayan menguras energi. Pun jalanan menuju kost-nya. Ppfiuhh. Meskipun saya ga ikut nuntun dan hanya jalan di sampingnya tapi terasa capek karena tenaga sudah lemas abis loncat-loncat.
Tapi kala itu kami berdua sudah pasrah menerima keadaan. Jadi ya dinikmati saja, apalagi jalan berdua nuntun motor dengan dikelilingi udara Bandung yang malam itu mencapai suhu 18 derajat celsius, merupakan hal yang langka, yang peluangnya sangaaaat keciiil untuk terjadi lagi.
Saat kami sudah sampai di sekitar Universitas Parahyangan, ada beberapa remaja yang melewati kami dengan mengendarai mobil, yang tampaknya juga baru pulang dari konser, ngetawain kami.
“Wuahahahh duh kasiaan deh motornya mogok. Wuahahaha..”.
Mereka niat banget mengejek kami, jendelanya pun mereka buka lebar dan tanpa segan menunjukkan ekspresinya yang puas melihat penderitaan kami. Ampun deh, ga empati blasss dah.
Setelah hampir 45 menit, kami berhasil sampai kost-nya. Setiba kami di sana, kami langsung cepat-cepat mandi, bersih-bersih diri dan teparr ahahaha.
Lagu ‘Nuntun Motor’ Selalu di Hati
Ahhh meskipun malam itu terasa melelahkan dan mengesalkan karena ada insiden ketemu dengan kumpulan pembuli, tapi malam itu terasa sangat indah. Wkwkwk cliche ya.
Sejak saat itu kami berdua menyematkan lagu ‘Hingga Akhir Masa’ sebagai ‘lagu nuntun motor’. Sangat memorable awww awww awww.
Meskipun kisah kami tidak berlanjut hingga akhir masa, tapi somehow kenangan yang manis ketika kami masih bersama ini, awet dalam storage memori otak saya. ๐
Maaap banget waktu itu ya. Hahaha. Makasih ya, sudah bersedia nemenin jalan nuntun motor 45 menit ciumbeluit – sangkuriang ๐
LikeLike
Ehehehe sama-sama ๐
LikeLike