Design a site like this with WordPress.com
Get started

Alasan Kenapa ‘My Name’ Layak Menjadi THE BEST Korean Female Cop Show

Sejak tayang perdana di Netflix pada hari Jumat tanggal 15 Oktober, per hari ini, Senin 18 Oktober, ‘My Name’ sudah menempati posisi nomor 2 di Netflix Indonesia. WOW!

Percayalah, drakor bergenre crime satu ini memang se-B.A.G.U.S-itu. *acung jempol.

‘My Name’ menceritakan sosok wanita seteronggg Song Jiwoo yang mendedikasikan sisa hidupnya untuk membalas dendam kematian sang ayahanda tercinta, yang selanjutnya akan mengganti identitasnya dengan nama baru, Oh Hye Jin. Hhmmm so dark, folks…

Dalam prosesnya menggolkan tujuannya, Jiwoo berkenalan dengan dunia gangster yang penuh kekerasan, kemewahan, dan kekerenan (ya secara mereka memakai baju dan aksesoris desainer kelas atas bok!).

Di dunia hitam inilah, Jiwoo bertemu dengan Choi Mujin, om-om 50 tahun-an yang cool, good looking, dan cowok bangeeeet. Yang sekaligus ketua gang Dongcheon dan sahabat baik almarhum ayahnya. Drug lord kejam dan berkharisma inilah yang membantunya menjalankan misi balas dendamnya.

Segala cara Jiwoo lakukan untuk mencari pembunuh ayahnya termasuk memanfaatkan waktu dan energinya untuk bersekolah di akademi kepolisian dan berhasil menjadi seorang polisi di bagian narkotika. Bisa ditebak, dia menjadi mole (mata-mata) untuk Choi Mujin. Beberapa kali aksi penangkapan gang Dongcheon gagal karena ‘jasa’ Jiwoo.

Menonton seorang wanita yang kehidupannya kelam dan menyedihkan membuat saya dapat memaklumi pilihannya untuk berada di sisi yang buruk. Kadang, begitulah hidup, kita tidak berada di area hitam atau putih, melainkan abu-abu.

Sepanjang adegan, saya berharap dia tidak pernah ketahuan oleh teman-teman polisinya bahwa dialah seorang mole di dalam kepolisian. Saya juga malah kesal dengan para anggota kepolisian yang curiga dan ‘mencecarnya’.

Wkwkwk, lucu ya, padahal kalau ada film pengkhianatan di dalam badan suatu tim polisi, saya pasti tidak sabaran dan gemas sekali ingin mengetahui siapakah sang mata-matanya, dan akan sangat merasa puas ketika melihatnya ketahuan dan dihukum.

Saya menyelesaikan drama ini dalam waktu 2 hari saja! Se-nagih itu! Menurut saya, dari banyak elemen, drakor ‘My Name’ pantas menjadi Drama Polisi Wanita Korea Terbaik. Elemen-elemen tersebut adalah:

  1. Episode yang singkat
  2. Para pemeran yang berakting all out
  3. Unsur cinematic
  4. Koreografinya wow
  5. Makeup artist yang handal
  6. Keberadaan sidekick yang berkarakter kuat
  7. (dan pastinya) Jalan ceritanya

1. Episode yang Tidak Bertele-tele

Berbeda dengan kebanyakan drama Korea yang terdiri atas 16 episode yang berdurasi 1 jam lebih per episodenya. ‘My Name’ hanya berjumlah 8 episode dan berdurasi 40-50 menit-an per episodenya. Singkat, padat, dan tidak bertele-tele, seperti TV shows Amerika dan Eropa pada umumnya. Waktu saya jadi tidak banyak terbuang untuk sebuah hiburan.


2. Para Pemeran ‘Berkelas’

Standing applause buat pemeran utama Han So Hee! Aktingnya luar biasa dan (hampir) flawless. Beliau bisa membawakan peran ini dengan sangat mendetail dan mendalaminya sedemikian rupa sampai-sampai figur Da Kyung (dalam drakor ‘The World of The Married’) dalam dirinya hilang tanpa jejak. Saya juga benar-benar lupa bahwa beliau pernah memerankan seorang wanita yang sangat butuh empowerment seperti Yu Nabi (dalam drakor ‘Nevertheless’). Inilah definisi seorang aktris berbakat.

Gaya berpakaian ala swag-nya sebagai Song Jiwoo dan Oh Hye Jin sangat total, pun terlihat tidak kagok saat mengendarai motor cowok. Ekspresinya sangat mengena, menunjukkan bahwa kehidupannya berat, penuh struggle, ‘dingin’, dan badass. Cara bertarungnya sangat presisi dan ‘artistik’, kelihatan banget bahwa beliau benar-benar berlatih secara total demi menjalankan karakternya.

Dari semua drakor tentang polisi wanita yang pernah saya tonton, mereka semua terlihat fake dan terkesan ‘takut jelek’. Bayangkan! Lipstick, alis, dan blush on mereka tetap paripurna dan tidak belepotan meskipun lari-lari ngos-ngosan mengejar penjahat. Tatanan rambut mereka masih sleek dan tidak berantakan. Pakai sepatu heel pula saat tugas lapangan. Eerrrrr…

Berbeda 180 derajat dengan Han So Hee. Tampak jelas wajahnya tanpa polesan makeup, bibirnya kering yang kadang pecah-pecah, kuku-kukunya tidak manikuran apalagi berkutek, hanya menggunakan sepatu low sneakers yang realistis untuk mengejar penjahat. Benar-benar menunjukkan karakter Jiwoo/ Hye Jin yang sedang fokus bekerja.

Kapten Cha Giho yang terobsesi dengan Choi Mujin; Do Gangjae, mantan anggota gang Dongcheon yang ‘sakit hati’ dan bertransformasi menjadi orang yang mengerikan; Taeju, orang no 2 di Dongcheon, sekaligus loyalist Choi Mujin yang poker face dan waspada; serta Jeon Pildo dan rekan-rekan jajaran kepolisisan yang jujur dan setia dengan kaptennya.

Bukan hanya sang pemeran utama yang aktingnya superb, para pemeran lain pun membawakan karakternya dengan mantabb. Bahkan sekelas Mango penjahat ‘kecil’ yang karakternya sok yess dan kleminthi, mampu menghayati ekspresinya ketika telinganya disulut rokok oleh bos-nya. Ibu-ibu tua penjual kedai langganan para gangster juga terlihat alami, hingga para tukang pukulnya pun berakting dengan profesional.

Tak ketinggalan, kumpulan anak SMA bully di kelas Jiwoo juga tampil mengesankan (dan mengesalkan).


3. Cinematic ‘Kelas Dunia’

Cinematic-nya tidak kalah dengan Hollywood. Pengambilan gambarnya memanjakan mata. Adegan ketika Jiwoo/ Hye Jin dan Jeon Pil Do sedang duduk bersama di dalam apartemen sambil melihat hujan salju yang terlihat dari jendela. Lalu adegan saat Jiwoo sedang berada di kuburan yang disertai turunnya hujan,… ahhh harus melihat sendiri untuk mengaguminya karena saya tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk mewakili ke-awe-annya.


4. Good Fight Scene Choreography

Bukan hanya sang pemeran utamanya yang berantemnya memukau, tapi masih belum bisa mengalahkan koreografinya ‘The Raid’ sih. Ehehe.

Setiap karakter yang sedang berantem, terutama para bapak-bapak dan mas-mas dedengkot gangster, jago banget. Tentu gerakan bertarung mereka yang apik tidak lepas dari jasa koreografer. Salut.


5. Makeup Artist dan Ahli Tata yang Handal

Saya suka tepok jidat dengan darah hasil tusukan dan tembakan yang dipertontonkan di banyak drakor; darahnya tidak sesuai dengan pola cipratan yang seharusnya, warnanya juga kurang tepat, pun dengan luka-lukanya yang hanya ‘ditempel’ begitu saja.

Sedangkan ‘My Name’, saya ternganga dibuatnya. Tingkat ketepatannya sudah selevel Hollywood. Detail banget. Kalau jatuh dari ketinggian sekian, akan berbaring dengan posisi yang demikian. Luka di wajah, goresan dan sayatan di kulit; bisa direpresentasikan sangat mendetail yang tidak terlihat seperti ‘tempelan’ belaka. Super keren.

Pemilihan outfit yang dikenakan para pemain serta gaya dandanan masing-masing karakter juga sejalan dengan rangkaian adegan.

Kerapihan dan elegance gang Dongcheon yang ditunjukkan dengan suit and tie.

Ke-psikotik-an Do Gangjae bersama anak buahnya yang brutal ditunjukkan dengan memakai baju bebas penuh ekspresi dan memakai masker kain yang menutup hidung dan mulutnya untuk tambahan aksesorisnya. Serta, tak lupa, machete di tangan masing-masing.


6. Sidekick yang OKE

Yang Maha Kuasa pasti menurunkan pendamping untuk seseorang yang sedang berjuang. Seperti Moses dengan Aaron-nya; Sherlock Holmes dengan Watson-nya; Batman dengan Robin-nya; Han Solo dengan Chewbacca-nya;….

Sidekick Jiwoo adalah Jeon Pildo, rekan polisinya yang awalnya cuek tapi lama-lama mempunyai rasa yang terus berkembang untuknya. Bisa dibilang Jeon Pildo adalah pria terbaik yang ‘mampir’ dalam perjalanan hidupnya.

Dengan Pildo lah, Jiwoo bisa melepas kelamnya episode kehidupannya. Bukan hanya kesedihan mendalam yang disebabkan oleh kematian ayahnya yang mati dibunuh dengan kejam di depan matanya, tetapi juga kisah di mana teman-teman sekolahnya membulinya; pernah hampir diperkosa oleh para lelaki brengsek; berdarah-darah dalam bertarung.

Pildo lah yang mampu melelehkan dinginnya Jiwoo; meredam kemarahan dahsyatnya; membimbingnya untuk kembali menjadi manusia dan bukan ‘monster’; menenangkannya dengan sentuhan dan pelukan; melindunginya dengan sigap tindakan tanpa banyak omong.

Yang dilakukan pria ‘lurus’ ini terhadap Jiwoo seakan mewakili keinginan saya untuk reach out ke Jiwoo yang sedang rapuh. Tanpa ragu dia menawarkan dirinya untuk menemaninya menghadapi hidupnya yang ‘berat’.

“Don’t struggle alone anymore. You can lean on me anytime.”

“It will be very hard. Don’t worry. Whatever you go through, I’ll be by your side.”

Trenyuh dan terharu mendengar Pildo mengatakannya. Interaksi mereka berdua berlanjut ke hubungan romantis. Jiwoo pun merasa mendapat ‘suntikan sanity‘ dengan keberadaan Pildo.

Banyak hal baik yang dikemukakan Pildo untuk Jiwoo, termasuk dengan mengingatkan bahwa ayahnya rela berkorban bertugas sebagai undercover di komunitas gang selama bertahun-tahun dan mengganti identitasnya, untuk menangkap seorang penjahat besar. Tekad baja untuk membunuh pembunuh ayahnya yang sudah tumbuh bertahun-tahun dalam dirinya, perlahan menghilang dan mengubah haluannya untuk menghukum si pembunuh dengan cara yang benar dan prosedural. Tepat seperti yang sang ayah lakukan dan bukan ala vigilante.


7. Jalan Cerita

Komponen utama suatu film tentu adalah jalan ceritanya. Somehow arah ‘My Name’ sudah dengan mudah saya tebak alur ceritanya. Sangat jelas bakal seperti apa, saya pun sudah bisa mengetahui siapa pembunuh ayahnya.

Namun tidak perlu khawatir karena alur dan detailnya banyak yang twist kok. Banyak hal-hal yang disayangkan untuk dilewatkan. Kisah per kisahnya disajikan dengan menarik, bersiaplah merinding dengan kebrutalan para gangster dan deg-degan ketika ada pengkhianatan dalam suatu gang.

Sambil mengelus dada, membatin, “Nyawa manusia segitu tak ada harganya kah? Bunuh sana bunuh sini, siksa sana siksa sini….”


Baiklah, tunggu apalagi, segera pantengin ‘My Name’ di Netflix untuk meraih moviegasm setelah menontonnya! Happy watching!

Published by srinurillaf

Penduduk planet Bumi, -yang selama masih dikaruniai nafas dan kehidupan-, selalu berusaha untuk menjadi manusia seutuhnya; dapat menjalankan posisinya dengan baik dan benar; mau dan mampu untuk terus berkarya dan berkiprah; serta bertekad untuk 'live life to the fullest'.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: