Fight-or-Flight
Adalah reaksi manusia saat ketakutan dengan adanya ‘sesuatu’. Bisa berupa keberadaan hantu, binatang buas, atau orang jahat, atau apapun yang masing-masing manusia punya ketakutan tersendiri terhadap sesuatu yang dianggap ‘biasa’ oleh orang lain.
Seperti saya dan (alm) adik saya, Adek, ketika kami masih kecil; saya kelas 2 SD, dan Adek kelas 1 SD.
Sebagai anak yang tumbuh tanpa diajarkan mengenai berinteraksi dengan hewan, kami gampang takut dengan ayam yang berkeliaran di warung nasi pecel dekat rumah. Mana kami sering diminta Mamah Papah pula untuk membelikan pecel buat sarapan. Pfiiuhh, selalu deg-degan dah kalau ayam pemilik warung sudah mendekat ke area kami. Pasti kami langsung naik kursi wkwkwk. Alhamdulillah, untungnya para pembeli yang kebanyakan juga tetangga paham dengan ‘keanehan’ kami; jadi mereka membantu dengan mengusir ayam-ayam tersebut pergi. Ehehehe.
Tak hanya itu, kambing yang sedang enak makan rumput pun; kami takuti. Sore itu, kami diminta membeli sesuatu di warung kelontong yang jaraknya sekitar 200 meter. Dulu rasanya segitu itu jauuuh ahahaha. Yah namanya juga anak kecil.
Sayangnya kami harus melalui lapangan rumput yang sedang ada kumpulan kambing makan di situ.
Di arah keberangkatan, kami berhasil melalui mereka, karena mereka berada di ujung, yang jauh dari jalanan yang kami lewati. Sedangkan di arah pulang, kambing-kambing tersebut sudah bergeser di area yang dekat dengan jalanan. Wuaaaa.
Saya dan adik saya panik ketakutan. Dengan refleks saya lari sekencang-kencangnya. Namun beberapa saat kemudian, saya mendengar tangisan Adek, yang ternyata dari tadi dia tidak bergerak sama sekali. Ahahahaha. Duh kasihan, Adek hanya jongkok tepat di depan area lapangan rumput sambil menangis dengan nada tinggi. Ahahahaha.
***
Respons yang saya lakukan adalah FLIGHT alias ngabuuurrrrr. Sampai saat ini pun saya masih stick dengan pilihan ini kalau ada hal yang nyeremin wkwkwk. Tetap berpegang teguh dengan tagline “RUN! RUN FOR YOUR LIFE!“.
Meskipun makin dewasa, sudah jarang takut, lebih docile.
Kesemuanya ini merupakan ‘tugas’ otak. Saat kita ketakutan, sinyal takut akan diterima oleh HIPOTHALAMUS, dan langsung dikirimkan ke AMYGDALA, tanpa melalui bagian CORTEX, FRONTAL LOBE yang berpikir, menelaah, dan menganalisis. Selanjutnya denyut jantung kita meningkat dag dig dug, nafas ngos-ngosan, merinding, keringetan; yang membuat tubuh kira merespons secepat kilat, mau FIGHT atau FLIGHT, mau ngabur atau menghadapi.
Mengamati kasus Adek, ternyata tidak hanya FIGHT OR FLIGHT saja untuk manusia bereaksi terhadap rasa takut, melainkan FREEZING, terdiam. Secara evolusi, yang responsnya terdiam saat ada bahaya, jelas akan musnah. Kalau yang dihadapi singa lapar, buaya, atau psikopat seperti Leatherface; ahhh sudah pasti jadi sitting duck kalau diam saja.
***
Kalau Anda, yang mana? FIGHT, FLIGHT, atau FREEZE? Ehehehe.