Design a site like this with WordPress.com
Get started

Balada Penghuni Ladang Benih – Season 2 Episode 1

Nur: Kalau kamu. Bakal tertarik kah kalau aku ummmm…. gak pake apa-apa?

Arne: ……………………..

***

Arne baru saja mau membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Nur, namun langsung terpotong.

Nur: “Aduh kebelet pipis, saya masuk dulu ya!”

Nur buru-buru memasuki kamarnya dan brakkkk.. menutup pintunya dengan kencang.

***

NUR

“Ya ampuuun… Diriku bisa jadi begitu? Kenapa mulutku tidak bisa dikontrol? Kenapa seketika aku berubah menjadi seperti karakter pelakor di film-film. Ini bukan aku!”

“Aku adalah Nur. Anak kampung yang polos dan alim. Mencium Mas Briljen aja cuman nempel doang, gak gigit-gigitan kayak di “American Pie”. Ehh ini malah nawarin orang lain lihat aku bugil! Ada apa dengan kamu, Nur?!”

Perempuan berusia 22 tahun itu ‘berantem’ dengan pikirannya sendiri, bingung dan gelisah sambil meremas-remas tangannya.

“Apa yang bakal dipikirkan Arne??! Pasti dia sudah menganggap saya bukan perempuan baik-baik. Bakal kutaroh mana nih muka?? Besok wajib pake masker dan kacamata hitam, dan berangkat jam 6 pagi!” meracau, menggigit-gigit bibirnya, mondar-mandir di dalam kamarnya yang ukurannya hanya seuprit.

Di sela-sela kegalauannya, ponselnya bergetar.

WA Arne: “Mba Nur. Saya sudah punya jawaban atas pertanyaan Mba tadi… Jawaban saya adalah 1000 persen TERTARIK!”

Nur makin kelabakan, tak tahu harus ngapain dan membalas apa, terlebih huruf yang dipakai Arne di WA-nya huruf besar semua.

Sesaat kemudian, dia memejamkan matanya untuk menenangkan diri dan mengatur ritme nafasnya yang sempat berdetak kencang.

Beberapa menit setelahnya, Nur sudah tenang dan mengetikkan sesuatu di ponselnya. Tampaknya keputusan sudah diambil.

****

ARNE

Di dalam kamarnya, bahasa tubuh Arne terlihat tidak jauh berbeda dengan Nur. Bingung, gelisah, excited, penasaran, dan sesekali mencubit lengannya sendiri untuk memastikan bahwa kejadian barusan, nyata adanya.

“Aku lelaki tulen dan normal. Ngapain menghindar? Langkahmu sudah betul, Arne!”

Arne meyakinkan dirinya untuk tidak menyesali kenekatan dia mengirimkan WA ke Nur yang isinya bahwa dia dalam keadaan SIAGA. Tak terasa keringatnya makin deras dleweran, padahal udara Priangan siang itu cukup dingin

“Aku yakin ini adalah hasil dari kebaikan yang aku lakukan selama ini. Aku mahasiswa Gajah Nungging yang hormat ke Bapak Ibu dosen, sayang teman-teman, rajin menabung. Aku rutin ngasih uang ke pengemis di area Auk-Ah-Gelap. Aku juga selalu hadir di acara himpunan dengan senang hati.”

Lelaki berusia 18 tahun itu menimbang-nimbang dan mencari pembenaran bahwa bukanlah hal yang salah untuknya akan melihat tetangga sebelahnya tidak memakai apa-apa.

***

Ding ding ding… HP-nya berbunyi.

WA Nur: “1 jam lagi ke kamarku ya… ;)”

Gayung bersambut. Arne bertanya-tanya apakah tetangganya yang lebih tua 4 tahun itu sudah berpengalaman. “Yakin belum, soalnya orangnya polos dan pendiam. Tapi usia segitu, masak belum pernah?”

Lagi-lagi pikirannya berkelana, “Nanti kira-kira aku dan Mba Nur ngapain. Ngobrolngobrol saja? Nonton drama Korea bareng? Atau… selesai melihat si Mba, langsung balik ke kamar lagi aja??”

Diliriknya jam di ponselnya, waktunya tinggal setengah jam lagi. Persiapan pun segera dilakukannya.

***

Dengan cekatan, Arne mengetikkan password untuk membuka laptop-nya dan nge-klik folder khusus yang di-hidden.

Tertera judul-judul film ber-genre XXX lintas negara, Barat maupun Asia.

  • “Love Affair With F Cup Sister”
  • “Young Mother 1,2,3”
  • “The Sister Next Door”
  • “Sister-in-Law 1,2,3”
  • “Sssh! Married Woman”
  • “Stepmother’s Secret”
  • “The Wifi Password is Six Nine”

….dan masih berderet lainnya.

Dipilihnya salah satu judul, yang kemudian pada adegan tertentu: di-pause, lalu di-zoom-in, lalu di-play, lalu pause, zoom-in.

“Harus hati-hati, jangan sampai salah lubang! Ingat, lubangnya yang ini!” gumamnya sambil menunjuk layar laptop-nya.

Sebagai mahasiswa Teknik Ketik-ketik UGN, adalah penting bagi Arne untuk selalu visioner, melihat jauh ke depan. Jadilah dia musti ancang-ancang kalau yang iya-iya ke-jadian.

***

Setelah berhasil ‘mengantongi’ ilmu pentingnya, dia menggosok giginya dan menyisir rambutnya.

“Belah tengah atau pinggir? Atau diacak acak saja. Ah belah tengah saja deh.”

***

NUR

“Jariku nakal sekali, mengetikkan sesuatu yang tidak pantas.”

Nur berada di dua sisi yang saling berlawanan. Antara kitab suci yang ada di mejanya dan bayangan adegan Scarlett Johansson dan Jonathan Rhys Meyers dalam film “Match Point”, yang bikin Nur pusing dan susah tidur berhari-hari.

Dia tidak bisa memahami dorongan yang tidak patut ini. Dengan kekasihnya sendiri pun tidak. Tapi… tapi… semua kalah begitu saja ketika dia sudah mengenal sosok Arne.

Badannya yang tinggi, besar, berdada bidang, berbahu lebar, calming voice, wajahnya lucu, … klepek-klepek Nur dibuatnya. Jadi mengkhayalkan sesuatu yang erotis.

“Kalau semua sudah di depan mata, so be it!”

***

Nur mengatur posisinya ke sana dan kemari, biar terlihat sangat dramatis dan sensual saat Arne memasuki kamarnya.

Sayangnya, dia tidak punya lingerie yang menggoda, jadilah dia hanya memakai bra favoritnya yang berwarna pink polkadot dan pasangan CD-nya dengan corak senada. Yang kemudian dia lapisi dengan kimono warna soft beige miliknya.

“Nanti ini aku mau ngapain sih sama adik kelasku itu??? Lemah sekali kamu, Nur!!!”

***

ARNE & NUR

Knock knock knock… terdengar suara ketukan pintu.

Arne: “Mba…”

Nur cepat-cepat membenarkan posisinya. Dia berpose sekenanya karena tak tahu bagaimana mengatur tubuhnya agar terlihat stunner. Namanya juga model modhal madhel, sekenanya saja lah.

Nur: “Buka aja, Arne…”

Pintu kamar Nur terbuka pelan-pelan. Samar-samar Arne melihat tetangga sebelahnya itu berbeda dari penampilan sehari-harinya.

Kali ini, sebagian besar area kulitnya terekspos layaknya foto-foto bintang film porno yang dia koleksi. Yang ditutupi hanya bagian dada dan sesuatu diantara kedua pahanya, yang dilapisi kimono super tipis.

Kok burem ya??? Mba Nur gak kelihatan jelas..,” batin Arne. Seketika dia sadar dan langsung ingat bahwa kacamatanya tertinggal di kamar.

Arne: “Mba Nur, tunggu sebentar!” sepertinya The Flash pun kalah cepat.

Arne datang lagi dengan mengenakan kacamatanya. Kini… semua terlihat sangat jelas. “Apa tuh? Ohh Mba Nur ada bekas kena knalpot di betisnya, pantesan pake rok panjang terus,” pikirnya.

Nur: “Umm jangan hanya berdiri di situ…,” Nur sok-sok-an bersuara mendeszahh yang tidak santai; mengisyaratkan agar Arne mendekat.

Dengan sigap, Arne mengunci pintu dan menuju ke arah Nur untuk ….

***

***

***

Published by srinurillaf

Penduduk planet Bumi, -yang selama masih dikaruniai nafas dan kehidupan-, selalu berusaha untuk menjadi manusia seutuhnya; dapat menjalankan posisinya dengan baik dan benar; mau dan mampu untuk terus berkarya dan berkiprah; serta bertekad untuk 'live life to the fullest'.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: