Setelah selesai mengerjakan house chores, workout, mandi, dan sholat Dhuhur; sambil menunggu jam jemput Boo, waktunya santuyyy leyeh-leyeh dulu.
YES, it means netflix and chill…..!!!
Setelah scroll-scroll, tadaaa… terpilih lah “RECTOVERSO”.
***
Duh ke mana saja saya?? Baru nonton “Rectoverso” sekarang. Padahal filmnya keluar tahun 2013. Telat banget.
Hhmm, sepertinya karena tahun-tahun dua-ribu-belasan, saya sedang fokus dan total menjadi Ibu. Ogah melewatkan kesempatan bersama Boo sedetikpun, jadilah suka banyak gak update.
— Nanya sendiri jawab sendiri —
***
***
***
Wah gak nyangka filmnya BAGUUUUUS.
Saya merindukan jenis film Indonesia yang tidak ‘berisik’ seperti ini. Pace-nya kalem dan dramanya alus. Belum lagi soundtrack-nya, mendayu-dayu dan match dengan kisah slice-of-life masing-masing karakter.
Ada “Malaikat Juga Tahu”-nya Dewi Lestari yang dibawakan oleh (alm) Glenn Fredly dan “Firasat”-nya Marcell yang dinyanyikan oleh Dewi Lestari.
Ohya, selain itu, di film ini banyak bertabur bintang kelas atas, meskipun hanya sebagai cameo dan yang sekedar lewat saja. Julie Estelle, Cathy Sharon, Happy Salma, Rachel Maryam, Marcella Zalianty, dan lain-lain yang pokoknya artis-artis generasi milenial…. Ya ampun mereka-mereka ini ada dalam episode kehidupan saya di era 2000an. Hiks hiks menangis terharu…
***
“Rectoverso” adalah film yang diadaptasi dari novel Dewi Lestari dengan judul yang sama. Novel-novel beliau, menurut saya, bukan yang bagus pake banget, tapi bagus pake saja.
Di sini terdapat 5 kisah yang tidak saling berhubungan. Jalan hidup masing-masing tidak berakhir happy ending atau sesuai harapan. Tearjerker movie detected.
***
Berikut kelima kisahnya yang urutannya dari yang paliiing saya suka hingga yang tidak begitu suka:
1. Malaikat Juga Tahu
Karakter Abang yang autis hanya perlu membutuhkan beberapa detik untuk saya langsung menyematkan bahwa judul inilah yang menjadi juaranya. Bikin trenyuh dan menangis bombay…
Sebagai orang yang berada dalam spektrum autis, Abang hanya bisa melakukan pekerjaan yang menial dan repetitif. Dia membantu Bundanya mengelola kos dengan mengumpulkan laundry harian para tenants-nya.
Rutinitas sehari-harinya juga selalu saklek. Agenda menyusun sabun yang ditumpuk-tumpuk adalah aktivitas favoritnya (dan seluruh penderita autis).
Salah satu penghuni Kos Bunda, Leia, menyayangi Abang sampai mau diajak ngobrol sambil ngglundhang-ngglundhung di taman belakang rumahnya. Enak euy kosan-nya, saya juga mau lah guling-guling setiap hari kalau tamannya kayak begitu.
Abang memiliki perasaan sepenuh hati, jiwa, dan raga, kepada Leia. Namun Leia memilih untuk menjalin hubungan dengan Hans, adik Abang. Kalau saya jadi Leia, saya juga akan mengambil keputusan yang sama dengannya. Pastilah dalam mengarungi bahtera rumah tangga, wanita ingin memiliki rasa aman dan pengayoman.
Akhirnya Abang ngamuk sejadi-jadinya. Adegan yang ini membuat nyesek. Kasihan sekali. 😦 Alhamdulillah Bundanya bisa diandalkan dan memahami bagaimana cara meng-embrace putranya.
Sabar ya Abang, insha Allah suatu saat kamu diberikan jodoh yang terbaik dari sisiNya. Semangat ya Abang. 🙂
2. Cicak di Dinding
Wuahhh Sophia Latjuba di sini supa-hottt!
Ialah Taja, seorang pelukis yang digambarkan pendiam, lugu, dan penyendiri. Suatu hari, dia bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Saras di sebuah cafe. Singkat cerita, mereka melakukan O.N.S. Tau kan apa itu, ehehe, One Night Stand yah Bund.
Weleehh Mas Taja ini sepertinya meneng ngglendhem ya orangnya.
Dan Saras ini nakal juga yach, padahal sudah mau menikah dalam waktu dekat dengan calonnya, tetapi berkeliaran hunting cowok buat O.N.S-an. Bujug-bunengggg.
Kenapa judulnya “Cicak di Dinding”? Karena Saras punya tato cicak di bagian badannya, ihihihiiy.
Yang sangat disayangkan adalah adegan begituan-nya kurang memuaskan. Saya tuh ngarepnya mereka bisa lebih dari itu, totalitasnya mana nih???
Mari kita bersorak bersama, “WE WANT MORE! WE WANT MORE! WE WANT MORE!”
3. Firasat
Cerita cinta antara Panca dan Senja yang baru terucap di hari-hari terakhir mereka berpisah. Sedihnya, giliran sudah saling mengekspresikan cintanya, salah satu dari mereka berpulang ke rahmatullah. Makin mewek saat lagunya “Firasat” dimainkan.
Ada satu kalimat berharga dari ibunya Senja, bahwa meskipun kita diberi firasat, belum tentu kita diberi kemampuan atau kemauan untuk mencegahnya. Memang semua hal di luar kuasa kita, tidak bisa lah kita berbuat apa-apa kalau yang di atas sudah berkehendak. Yang kita bisa lakukan hanyalah menerimanya.
4. Curhat buat Sahabat
Amanda sudah lama bersahabat dengan Reggie, bahkan menjadi tempat curhatannya kala senang maupun sedih setelah putus dengan deretan pacar-pacarnya.
Hari itu mereka bertemu untuk merayakan hari ulang tahun Amanda. Dari percakapan, mereka sudah dekat selama lebih dari 6 tahun.
Reggie diam-diam memendam perasaan cintanya pada Amanda. Amanda pun tidak menyadari bahwa di depan matanya adalah material seorang pria yang sesuai dengan kriterianya.
Cliche sih.
Yang paling saya suka di sini adalah keberadaan ponsel jadulnya. Masih pakai SMS, dan belum ada fitur block. Di situ ada adegan di mana pacarnya Amanda nelponin berkali-kali sampai dia nyemplungin HPnya ke air es.
It brings back memory somehow...
5. Hanya Isyarat
Ahh yang ini paling gak mengena buat saya. Ada lima backpacker yang kenalan lewat internet, 4 pria dan 1 wanita.
Mungkin kagok juga ya semua cowok, Al doang yang cewek, jadinya dia selalu duduk agak jauh dari mereka.
Di sela-sela kesendiriannya, dia menulis suatu diary yang menjelaskan bahwa dia jatuh cinta pada salah satu lelaki di situ.
Awalnya saya membaten, ahh gak mungkin lah yang paling ganteng kebule-bulean itu. Garing atuh.
Saya nebaknya si Tano yang diperankan oleh Fauzi Baadilla, ehh ternyata memang betul nih, si ganteng kebule-bulean yang Al sukai. Errrrrr boriiing.
***
***
***