Design a site like this with WordPress.com
Get started

7 Reasons Why a Mom Must Watch Netflix Series “Never Have I Ever”

Ruarrr biasa! Serial anak SMA yang berjudul “Never Have I Ever” di Netflix berhasil membuat saya get hooked all the time.

Sudah beberapa tahun ini, saya jarang sekali menonton film yang (usianya) tidak relatable dengan saya. Apalagi film-film anak ABG dan remaja, mehhhh. Skip saja lah. Sudah lewat masanya.

Tapi, tapi,… anomali pasti ada ehehehe. Dan dialah “Never Have I Ever”! Aduhhh ngakak terus saya dibuatnya. Kocak pisaaan euy! Soooo hillare!!

***

Sumber: Screenshot dari app NetflixID (Dibuat dengan Canva)

***

Baiklah, Mah, inilah alasan kenapa Mamah harus menonton ini:

1. Wajah-wajah yang Sangat-sangat diverse

Era memang sudah bergeser. Dulu di tahun 2000-an, pastilah gambaran cowok dan cewek populer di film-film adalah mereka yang berambut pirang, bermata biru, cowok basket, cewek cheerleader, etc.

Sekarang, sudah ketinggalan jaman yang begitu begitu. Yang populer adalah mereka yang –ya pastinya tetap berwajah menawan, cantik dan tampan– tetapi mereka bukanlah si bule totok, melainkan remaja yang mix blood, Afro-Latin, India-America, German-Japanese, etc. Yang bule totok sudah jarang nongol sebagai jajaran murid populer ehehe.

***

2. Sangat Menjunjung Equalitas

Ah yang ini juga salut! Saya akui, generasi jaman now lebih terbuka dan berwawasan. Saya sempat berandai-andai, kalau saja saya dilahirkan lebih terlambat dari tahun lahir saya. Pastilah saya bisa lebih mudah berekspresi lebih ‘gila’ tanpa cibiran teman-teman.

Di sini terlihat betapa banyaknya siswa yang bangga dengan kondisi dirinya. Yang queer, monggo; yang nerd demen sains, monggo; yang suka pake baju tradisional asal orangtuanya, juga monggo. Hampir tidak ada ejekan atau cibiran di sini.

Malah ada salah satu murid yang cowok banget, yang seorang atlet sekolah. Dia terang-terangan bilang, “Meskipun gw maskulin, tapi gw adalah seorang feminist sejati, anti mysoginistic!” Apa endak keren banget tuh ehehe.

***

3. Bebas Berpendapat Apapun, Sebebas-bebasnya

Anak remaja SMA ini sudah memahami bagaimana menghargai pendapat orang yang berbeda dengannya. Mereka dengan tetap cool menghadapi lawan bicaranya yang jelas bertentangan dengannya. Hhmm I’m wondering, bagaimana ya cara mereka melakukannya.

Mereka juga tidak pernah sekalipun menanyakan hal-hal yang private dan yang memang tidak penting untuk diketahui. Seperti misalnya, “Hey agama kamu apa?? Bapak kamu kerja di mana? Bla bla bla…”

Sungguh, kalian keren, wahai pemuda-pemudi USA!

***

4. Sebagai Seorang Ibu, Saya Jadi Bisa Mengamati Keadaan Generasi Sekarang

Anak-anak yang hampir setiap saat tidak lepas dari ponselnya. Mungkin inilah habits yang saya kurang suka dengan remaja masa kini (sambil melirik ke Boo).

Nah, di sini, ada cukup banyak adegan bagaimana para orangtua menghadapi kebiasaan putra-putrinya yang ini. Dengan kalimat yang ringan tanpa si anak merasa kesal.

Ketika sang anak melakukan hal yang melampaui batas, para orangtua juga tidak segan memberikan konsekuensi yang berat.

Ada episode di mana Devi, karena iri dengan Anneesa, tidak sengaja menyebar rumor bahwa Anneesa mengidap anoreksia. Tentu, di sana, sudah dianggap behavior yang tidak pantas. Karenanya, Devi di-suspend selama seminggu. Mamahnya Devi pun setuju dengan keputusan sekolah dan menerima dengan sepenuh hati hukuman untuk anaknya tersebut.

***

5. (Lagi-lagi Masih Sebagai Seorang Ibu)

Remaja itu sulit. Hiks. Ahh nonton ini saya ikut kesal dan deg-deg-an, akankah anak saya bisa mengesalkan seperti itu.

Apakah saya bisa deal with dengan tingkah polah anak saya yang unexpected. Apakah anak saya akan mau tetap datang ke saya dan terbuka ketika dia sedang ada problem.

Bismillah

***

6. Menjadi Lebih Menghargai Kultur Masing-masing Daerah dan atau Negara

Karakter utama di serial ini adalah Devi, remaja berdarah India. Kedua orangtuanya pindah ke Amerika pada tahun 2001 dan sukses berkarir. Mamahnya seorang dermatologist di Beverly Hills.

India gitu lho, banyak sekali orang-orang brilian-nya.

Para siswanya menunjukkan rasa menghargai yang sangat ketika salah satu temannya memakai baju tradisional. Saya jadi kepengen deh sesekali memakai baju kebaya, yang dulunya saya anggap endak banget, tetapi kapan-kapan mau ahhh make buat jalan-jalan.

***

7. Embrace Bahwa Seorang Ibu Juga Manusia

Ya, menjadi Ibu tidak harus memaksakan diri menjadi sempurna dan kuat di mata sang anak.

Okay, ini pelajaran yang penting buat saya. Kalau memang saya tidak bisa mengatasi masalah anak saya, saya akan mengaku di depannya, dan mengajaknya mencari solusi bersama.

***

8. Serialnya Lucu Banget, Mah!

Pilihan yang jitu untuk menjadi hiburan Mamah saat sedang istirahat dari house chores. Suami saya seringkali terkaget dan penasaran saya sedang menonton apa, karena selama 30 menit tidak berhenti ngakak. Selucu itu, Mah!

***

***

***

Published by srinurillaf

Penduduk planet Bumi, -yang selama masih dikaruniai nafas dan kehidupan-, selalu berusaha untuk menjadi manusia seutuhnya; dapat menjalankan posisinya dengan baik dan benar; mau dan mampu untuk terus berkarya dan berkiprah; serta bertekad untuk 'live life to the fullest'.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: