Design a site like this with WordPress.com
Get started

Modern Love BSD Season 1 Episode 1

Ridani Selinagomz, yang dalam kesehariannya biasa dikenal dengan Bu Rida, adalah istri dari Pak Antonio Harahap, dan memiliki 2 putri kembar yang sudah duduk di kelas 11 di Sinarmas World Academy.

Mereka tinggal di kawasan Nava Park BSD yang terkenal mewah beut euy.

***

1.

Di salah satu ruangan treatment di klinik ZAP yang berlokasi di ruko Bidex, Rida sedang menjalani brazilian hair removal tahap akhir oleh suster Nola.

Suster Nola: “Selesai sudah, Bu. Tidak ada sehelai bulu pun di miss V Ibu. Mulusss seperti kulit bayi.”

Rida menatap dengan jeli dari sudut satu ke sudut lain area kewanitaannya, dan tersenyum sangat puas.

Bu Rida: “Aihhh, saya puas banget. Akhirnya sudah perfect ya tahapnya. ZAP memang tidak pernah mengecewakan. Gak sakit sama sekali, dan gak nyocok-nyocok ya kalau diraba. Ihihihiiy. Pasti pacar, eh suami saya, tergelepar-gelepar melihat ini.”

Memberi pandangan ke bawah sembari senyum smirky.

Suster Nola: “Ihihihiiy, saya belum bersuami, Bu, tapi jadi deg-deg-an dengerin Ibu ngomong begitu. Selamat bersenang-senang ya Bu.”

Bu Rida: “Yahhh kenapa nunggu punya suami dulu??? Ehh ooppss. Salah, salah, jangan didengerin ya, tadi salah ucap. Canda, canda kaweeenn.”

Kikuk dan malu, membuatnya tidak berani melihat mata suster.

Suster Nola: “Hehehe, dimengerti, Bu. Oh, Bu, saya lupa, nanti malam Ibu belum boleh berhubungan intim dulu, tunggu 24 jam dari sekarang ya, Bu. Umm sekarang jam 1 siang, berarti baru boleh besok jam 1 siang, Bu. Jangan dipamerin ke suaminya dulu, Bu.”

Bu Rida: “Yahhh penonton kuciwa. Kirain bisa langsung sih Mba.”

Suster Nola: “Hahaha, iya Bu, maaf itu prosedurnya. Karena dikhawatirkan bisa iritasi, Bu saat bergesekan.”

Bu Rida: “Oke, Mba Nola. Thank you ya.”

Setelah berpakaian rapi dan memberikan selembar ratusan ribu sebagai tips untuk suster Nola, Rida menuju ke kasir untuk menyelesaikan transaksinya.

***

2.

Malam keesokan harinya, terjadi peristiwa yang semua pasutri biasa lakukan di kamarnya masing-masing.

Pak Toni: “Wow Ma, baru pertama kali ini melihatmu semulus ini. Kayak perawan yang baru ranum. Hutan gundul, Imma comiing down there…”

Bu Rida: “Uh oh uh oh uh ohhh…”

Pak Toni: “Hahh huuuhhh hohhhh hahhh..”

Bu Rida: “Uhh oh uh ohhh. Gantian, Pa. Aku di atas! Jangan keluar dulu!

Pak Toni: “Hahhh huhh hohhhh.. Aaaahhhhhhhhhhhhh. Aduh maaf Ma, aku gak tahaan..”

Bu Rida: “Yahhhh,” rolling eyes.

Pak Toni: “Goorrrrhgggggggggggg..” langsung tertidur pulas dan mengorok.

***

Jam 5 pagi, Rida bangun dari tidurnya. Sebelum beranjak menuju kamar mandi, suaminya menarik tangannya.

Pak Toni: “Ma gimana semalam? Puasss? Aku puas Ma, kenapa gak dari dulu saja kamu wax sampai habis biss kayak gitu, Ma? Menggemaskan.”

Bu Rida: “Soalnya kirain sakiit, Pa. Ternyata di ZAP, gak sakit sama sekali.”

Pak Toni: “Eh belum dijawab, puas gak Ma semalam? “

Bu Rida: “Puas Pa. Papa selaluuu jago muasin,” membalikkan badannya dan berjalan ke kamar mandi sambil rolling eyes.

***

3.

Sejam kemudian, Rida sudah sibuk beraktivitas di dapur untuk menyiapkan sarapan, dengan bantuan satu-satunya ART, Mba Priti, yang baru bekerja 3 bulan.

Mba Priti: “Uhhh a sight for sore eyes bener deh Pak Toni. Gagah! Wangi pula. Mungkin seperti Bapak begini ya rupa Nabi Yusuf..”

Sontak Rida menoleh dan melihat suaminya sedang turun dari lantai atas, sudah berpakaian rapih dan wangi parfum Baccarat Rouge. Diikuti dengan melirik ke Mba Priti yang matanya berbinar melihat kehadiran Pak Toni.

Bu Rida: “Heyyy, fokus, fokus! Beresin dulu itu, nanti salah masukin lada. Bikinin Bapak hot americano!”

Mba Priti: “Ahh untuk Bapak mah, abdi sigap selalu,” terlontar dengan nada genit.

Pak Toni hanya tertawa kecil menanggapi kelakuan ART-nya yang centil itu.

Pak Toni: “Duo cantik belum turun?”

Bu Rida: “Biarin saja Pa, mungkin mereka sedang dandan.”

Pak Toni: “Dandan cem mana, Ma? Jangan sampai terlihat menggoda di depan temen-temen cowoknya, Ma! Diawasi Ma!”

Wajah Pak Toni berubah khawatir memikirkan kedua putri kembarnya yang sudah menginjak dewasa. Dipanggilnya anak-anaknya.

Pak Toni: “Titik, Wiwik, cantiknya Papa. Yang satu mirip Niki Zevanya, yang satu mirip Mamanya. Sarapan sini! Dandannya jangan kelamaaaaaaaan!”

Beberapa detik kemudian terdengar langkah-langkah kaki menuruni tangga.

Bu Rida: “Sayang, ambil semua lauknya. Empat sehat lima sempurna ya, Sayang.”

Titik: “Mama! Sekarang sudah gak zaman 4 sehat 5 sempurna. Bangun dong, Ma! Mama tuh sekarang hidup di era open-ai-chat-gpt.”

Bu Rida: “Eh eh, slogan boleh jadul, tapi itu akan berlaku sepanjang masa lho, Sayang. Wiwik, nasinya dikit amat, banyakin lah. Biar mudah nyerep pelajaran di sekolah.”

Wiwik: “Ma, aku kan pengen diet, Ma! Segini juga cukup, Ma.”

Bu Rida: “Diet diet diet??!!! Kamu tuh masih tahap pertumbuhan, Sayang, jangan disia-siakan. Harus optimal asupan gizinya. Pengen ngikutin siapa sih?”

Titik: “Wiwik lagi naksir cowok, Ma!”

Wiwik: “Stop talking, you bitj!

Pak Toni kaget mendengar umpatan yang keluar dari mulut salah satu anak gadisnya.

Pak Toni: “Hushhhh! Wiwik, watch your mouth! Papa kerja keras dari pagi sampai malam agar kalian bisa masuk sekolah keren yang kata Mama, banyak anak-anaknya artis jadul dan anak-anaknya model majalah Gadis tahun 90an. Ngarep kalian bisa menjadi pribadi yang berbudi, kok malah seenaknya cursing kasar begitu.”

Wiwik dan Titik memahami ketika sang ayah sedang memberi nasehat. Rida pun diam dan ikut mendengarkan suaminya bersabda.

Titik dan Wiwik: “Iya Pa, maaf Pa.”

Pak Toni: “Mengumpat dan berkata-kata kasar hanyalah pantas diucapkan mereka yang hidupnya menderita dan serba kekurangan, Sayang. Kalian adalah anak-anak privileged. Mau minta apa, pengen apa, Papa bisa provide. Ada baiknya kalian malah banyak-banyak bersyukur dan bertutur kata yang lembut.”

Semua, termasuk Mba Priti, seksama memperhatikan kalimat bijaksana Pak Toni.

Pak Toni: “Ayo kita habiskan dulu makanannya. Wiwik, kamu boleh diet, tapi sarapan is a must. Kalau gak sarapan, rambutmu rontok entar. Mau? Langsing tapi rambutnya menipis?”

Wiwik menggelengkan kepalanya dan lantang menjawab, “Gak mauuu!

***

4.

Di sela-sela menyantap sarapan, ponsel Rida yang tergeletak di dekat tempat cuci piring berbunyi.

Mba Priti: “Bu Rida, Bu Rida, ada telpon. ‘Wahyuningsih Indrawati’, Bu.”

Sambil berlari-lari kecil mengambil ponsel majikannya dan membawanya ke meja makan. Rida seolah-olah enggan mengangkat telponnya. Hal ini membuat Pak Toni bertanya-tanya.

Pak Toni: “Wahyuningsih? Indrawati? Siapa Ma? Diangkat saja, Ma.”

Rida masih tanpa ekspresi memandangi ponselnya yang terus berdering, yang lalu ditekannya tombol decline.

Pak Toni: “Kenapa gak diangkat, Ma? Itu siapa? Papa baru tahu ada teman Mama yang namanya, uumm apa ya istilahnya.. ndeso! Nah iya itu, ndeso!”

Bu Rida: “Enngg nganu, Pa.”

Pak Toni: “Temen-temen Mama kan namanya internesyenel semua. Laura, Paula, Sindy, Senora, Maisy, Seila…”

Bu Rida: “Nanti malam saja Pa aku cerita. Ini sudah jam 7 lebih. Nanti anak-anak telat.”

Pak Toni: “Waduhh Mama bikin Papa makin penasaran nih. Dah Titik dan Wiwik, kalian nge-grab saja ya, Papa gak ngantar kalian pagi ini. Papa mau ngobrol sama Mama.”

Wiwik: “Nanti Wiwik sama Titik nebeng Nicholas saja, Pa.”

Pak Toni: “Siapa tuh Nicholas?”

Bu Rida: “Itu Pa, anaknya keponakannya politikus dan mentri yang sedang sibuk ngadain wushu.”

Pak Toni: “Oh yang itu. Ya sudah, selamat belajar ya Sayang,” mencium kening masing-masing putrinya.

***

5.

Setelah anak-anak berangkat, Pak Toni menggandeng istrinya ke dalam kamar, karena merasa isi percakapannya sangat personal. Menghindari Mba Priti untuk nguping dan menjadikannya sebagai bahan gosip dengan komunitas ART di kompleks rumah.

Pak Toni: “Yap, Ma. Im’ma listening. Siapa itu? Papa gak bodoh, Ma. Papa tahu semua temen-temenmu. Itu nama samaran kan? Itu, laki-laki? Aslinya namanya WAHYU, lalu kamu nulis di contact sebagai Wahyuningsih, biar terlihat seperti perempuan, agar aku gak curiga.”

Mata Rida terbelalak dan menjawab dengan cepat, “Pa! Bukan, Pa! Gak mungkin aku……”

Belum selesai meneruskan kalimatnya, Pak Toni tertawa dan memotongnya.

Pak Toni: “Ma, sini Ma, ngaca. Aku melihat ekspresi wajahmu yang shock begitu, jadi ngakak. Iya lah Ma, aku tahu kamu gak mungkin selingkuh. Apalagi kamu kan tahu apa konsekuensinya bukan? Coba ingat perjanjian prenup kita.”

Bu Rida: “Inget atuh lah Pa. Kalau aku nackal, anak-anak kita, yang merupakan permataku, matahariku, kehidupanku; akan sepenuhnya jadi milikmu. Aku gak boleh lagi nemuin mereka. Aku juga bakal cuma dapat 1 rumah yang ada di The Icon, mobil juga cuma 1 yang CRV Prestige. Aset lain gak akan pernah jadi milikku.”

Pak Toni: “Sudah sangat ngeri ya konsekuensinya. Aku yakin seratus persen Mama gak mungkin seceroboh itu. Terus, siapa dia? Siapa Wahyuningsih itu?”

Bu Rida: “Pa, aku ada rahasia yang bertahun-tahun belom pernah kuceritakan. Sisi masa laluku yang Papa tidak tahu.”

Pak Toni: “Ya. Papa dengerin. Keep talking.”

Bu Rida: “Dulu Mama seorang bully, Pa. Aku dan temen-temen suka ngerjain si Wahyuningsih ini, soalnya ya itu Pap, ndeso. Kita tuh kayak yang sebbeeeel.”

Pak Toni: “Tapi, Ma. Tapi, kamu gak sekejam tukang buli yang di ‘The Glory’ kan? DraKor yang dimainkan Song Hye Kyo itu Mam. Aktris Korea favorit kita 20 tahun yang lalu. Yang ‘Full House’ itu Ma. Yang…”

Bu Rida: “Iya Pa. Yang kita dulu nontonnya DVD bajakan Pa.”

Pak Toni: “Iya Ma. Terus terus. Kamu gak jahat gitu kan, yang seperti di ‘The Glory’??”

Bu Rida: “Enggak Pa! Aku gak se-psiko itu. Paling ya cuman ngejekin dia sebagai Tamara black-skin.”

Pak Toni: “Ouhh Mama! Kasar sekali!”

Bu Rida: “Itu duluuuu Pa. Akhirnya kita ketemu lagi dan ini mau ketemuan. Sekalian Mama minta maaf dengan masa lalu kelam Mama.”

Pak Toni: “Bagus Ma. Papa bangga dengan kebesaran hatimu Ma. Kamu gak pernah gengsi ngeduluin untuk minta maaf ke orang lain. That’s why I love you… much.”

Bu Rida: “Awwwww. Makasiiiy suamiku. Emmuah emmuah.”

Pak Toni: “Ma nanti jangan lupa kalian selfie ya. Papa pengen tahu wajahnya. Eng, atau dia punya Instagram?.”

Bu Rida: “Oh endak, Pa. Dia anti-socmed.”

***

6.

Bu Rida: “Mbaaaak. Nanti tolong potong-potong sayuran ini ya. Saya mau keluar dulu jam 10 ini sebelum jemput anak-anak.”

Mba Priti: “Tapi anak-anak baru pulang jam 5 sore. Kok Ibu sudah mau keluar jam 10??”

Bu Rida: “Sejak kapan saya perlu persetujuan kamu??!”

***

Di kamar, Rida menekan tombol nomer WAHYUNINGSIH INDRAWATI.

Bu Rida: “Hei kamu! Kenapa sih nelpon pagi-pagi? Biasa WA, kenapa pake telpon segala! Itu jam sarapan! Hampir saja ketahuan suami!”

Mr. Wahyu: “Dah kebelet pengen dengerin suaramu. Rindu. Terus tadi gimana??”

Bu Rida: “Ya ditanya-tanya.”

Mr. Wahyu: “Tunggu, kamu pakai nama kampung ya??”

Bu Rida: “Wahyuningsih Indrawati.”

Mr. Wahyu: “Ya ampun, Sayaaaang. Kan sudah kubilang, pake nama bule lah! Kayak nama geng-mu itu!”

Bu Rida: “I should’ve listened to you. Dan aku diminta untuk selfie sama si Wahyuningsih. Gimana ya? Apa nanti aku ngajak orang lewat saja ya untuk berfoto sebentar??”

Mr. Wahyu: “Jangan lah! Ganggu orang saja. Tenang, aku tahu caranya. Serahkan pada ahlinya!”

Bu Rida: “Bener nih? Aku sudah bisa nafas nih ya?”

Mr. Wahyu: “Sudah bisa kentut juga. Ada-ada aja kamu. Jadi, nanti mau di mana? Hotel Mercure biar deket AEON, jadi pas lunch tinggal jalan. Atau Trembesi, hotel baru tuh deket TerasKota. Kita bisa lunch di sana.”

Bu Rida: “Room service dong! Modal atuh lah. Lagian ciyus nih kita mau jalan kaki buat lunch di mall. Gimana kalau ada Mamah sekolahan lihat? Gimana kalau temen kerja suamiku lihat? Gimana kalau pegawaimu lihat? Gimana kalau istrimu lihat? Gimana kalau malah suamiku yang lihat? Suamiku kan demennya lunch di 2 mall itu!”

Mr. Wahyu: “Oke oke. Room service it is. Jam 10 teng ya! Di….?”

Bu Rida: “Trembesi!”

***

7.

Mr. Wahyu: “Ohh uhh ehh ahhhh uhhh ihhhh uhhh ohhhh.”

Bu Rida: “Uhh ohh uh oh uh ohhhhh uh ooohhhh.”

Mr. Wahyu: “Ahh ihh uhh ehh ohhhhh.”

Bu Rida: “Ihh ihh ihhhhhhh uhhhhhh..”

Sesudah 3 ronde, mereka berbaring santai sambil masih basah berkeringat.

Mr. Wahyu: “Wow, pubicmu yang mulus membuatku tak bisa berhenti.”

Bu Rida: “…….,” masih berasa di atas awan sampai tidak bisa berkata-kata.

Mr. Wahyu: “Dapat berapa kali??”

Bu Rida: “Umm satu, dua, tiga, empat, lima,….., multiple..” sambil menghitung dengan jarinya.

Mr. Wahyu: “Muahahahah! I’m the seggs God!

Bu Rida: “Ahahahaha…”

Mr. Wahyu: “Hasil brazilian wax-mu bikin aku keliyengan. Seperti sedang gituan sama perawan yang baru ranum.”

Bu Rida: “Bukan wax, tapi hair removal! OMG, komentarmu persis kayak komentar suamiku semalam!”

Mr. Wahyu: “Hahhh?? Jadi aku bukan yang pertama make kamu setelah wax??”

Bu Rida: “What do you expect??? Stop arguing! Dari awal kita sudah sama-sama tahu. Dia suamiku, aku gak bisa nolak kapanpun dia pengen. Hei, bukan wax, tapi hair removal!”

Mr. Wahyu: “Iyaaa, tapi setidaknya gak perlu lah kamu critain ke aku!”

Bu Rida: “…….. “

Mr. Wahyu: “………”

Bu Rida: “Ohya, kita selfie bentar yuk, mau kukirim ke suamiku.”

Mr. Wahyu: “Aku pake baju dulu. Kamu juga.”

Selesai berpakaian lengkap dan menyisir rambut, mereka wefie. Semenit kemudian, Wahyu menyerahkan hasil editan ajaibnya yang memperlihatkan foto Rida sedang bersama seorang perempuan berambut panjang.

Bu Rida: “Kamu cantik kali lah Wahyu, ahahah. Aku kirim ke suamiku sekarang.”

***

8.

WA Rida: “Pa, ini fotoku sama Wahyuningsih Indrawati.”

WA Pak Toni: “Walah, Ma. Ini temenmu yang dulu sering kamu ejekin dengan panggilan Tamara Black-skin. Sekarang transformasi kayak Meriam Belina waktu muda. Hahaha.”

Tiba-tiba ponsel Rida berbunyi. Tiriririiiit tiriririiittt tiritiiiiitttt.

Hahh video call!” Rida panik ketakutan, diikuti dengan Wahyu yang juga gelisah.

Mr. Wahyu: “Jangan diangkat! Jangan diangkat!”

Bu Rida: “Aduh gimana nih?!”

Bunyi nada video call pun berhenti, dan diikuti dengan nada WA masuk.

WA Pak Toni: “Ma, kenapa gak angkat VC-ku? Ini di app Life360, Mama sedang di hotel Trembesi ya. Sama Wahyuningsih ketemuannya di hotel, Ma?”

Mata Rida makin melotot karena benar-benar lupa kalau di ponselnya ada app Life360, yang bisa tahu posisi tepatnya berada.

WA Rida: “Papa, telpon biasa saja. HP Mama ada problem. Gak bisa buat VC.”

Tiriririiiit tiriririiittt tiritiiiiitttt..

Telpon Pak Toni: “Kenapa Ma? Mama ini bener sama Wahyuningsih kan? Kenapa HP Mama?”

Telpon Rida: “Gak tau Pa, tadi aku sudah angkat tapi gambar Papa gak muncul, suara juga gak ada. HPku apa rusak ya Pa??”

Rida berusaha berpikir cepat untuk mencari alasan yang logis.

Telpon Pak Toni: “Jangan ngadi-ngadi Ma! Kan Papa baru beliin bulan lalu. Keluaran terbaru Iphone Max Pro lho Ma!”

Telpon Rida: “Pa, itulah Pa. Jangan-jangan ini tiruannya. Bukan MaxPro tapi MasBro.”

Telpon Pak Toni: “Kita kan belinya di Senayan City, Ma. Counter resmi. Papa capek capek kerja biar bisa beliin barang bagus buat Mama, gak mungkin aku ceroboh ke toko yang palsu! Ada apa Ma??”

Telpon Rida. “Emmm Engggggg..”

Telpon Pak Toni: “Mama menyembunyikan sesuatu? Jangan sampai itu the worst thing yang aku sangkakan ya Mam. Inget prenup kita. Kalau Mama mengecewakan…..”

Telpon Rida: “Apaan sih Pa? Kan sudah jelas itu tadi foto yang kukirim. Buat apa aku bo’ong?”

Telpon Pak Toni: “Ya Ma, maaf. Aku gak bermaksud berprasangka.”

Telpon Rida: “Ini Papa lagi di mana? Sudah mau lunch ya Pa?”

Telpon Pak Toni: “Nah itu dia, Ma. Ini aku mau ngajakin kamu dan temenmu makan siang bersama. Aku sudah di area Anggrek Loka, bentar lagi sampai Trembesi, Ma. Kita makan siang di restoran hotel saja.”

Telpon Rida: “Papa mau ke siniiiii???!!!!”

Teriakan Rida merespon suaminya, membuat Wahyu makin pencilakan tanpa arah. Dengan gercep, Wahyu mengambil tasnya dan….

Mr. Wahyu: “Aku cabut ya! Sorry, you’re on your own now..”

Bu Rida: “Heiii! Kamu.. kamu gak bantuin aku? Aku harus gimana nih?? Aku harus bilang apa ke suamiku tentang Wahyuningsih yang di foto mirip Meriam Belina saat masih muda.”

Mr.Wahyu: “It’s your business! Bukan urusanku!”

Bu Rida: “Hehhh itu salah kamu! Ngapain sih bikin wajahmu kayak Meriam Belina begitu. Itulah yang bikin suamiku penasaran jadi pengen ngajakin ketemu. Kamu harus tanggung jawab!!”

Wahyu hanya melihat Rida sekilas tanpa benar-benar mendengarkan apa yang dikatakannya dan keluar kamar sambil berlari secepat Usain Bolt.

“Untung gw lagi pake sepatu Nike Vaporfly, ngabuuuurrr. Jangan sampe gw dipenjara gara-gara kena pasal KUHP,” Wahyu menggumam sambil terus berlari.

***

***

***

Advertisement

Published by srinurillaf

Penduduk planet Bumi, -yang selama masih dikaruniai nafas dan kehidupan-, selalu berusaha untuk menjadi manusia seutuhnya; dapat menjalankan posisinya dengan baik dan benar; mau dan mampu untuk terus berkarya dan berkiprah; serta bertekad untuk 'live life to the fullest'.

2 thoughts on “Modern Love BSD Season 1 Episode 1

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: