Body, Mind, Soul

Tantangan dari ‘Dalam’

Hari ini ditakdirkan bertemu dengan Bapak Sopir taxi Yandex yang menceritakan kisah romantisnya bersama wanita Indonesia 10 tahun yang lalu. Cwitt cwittt prikitiewww.

Bapak itu bernama Bapak Arman.

Ketika saya menjawab pertanyaannya bahwa saya dari Indonesia, Bapak Arman bercerita lumayan panjang lebar tentang pengalamannya di tahun 2014 pernah tinggal di Malaysia.

Di sana Bapak Arman berkenalan dengan orang Indonesia, Fitr* Dw* Agusti*. Jelas saja saya tahu namanya, lha wong orangnya ngasih lihat profil Facebook si Mba-nya dari ponselnya ahaha.

Lalu saya godain lah beliau,

“Ih Bapak kok masih stalking-stalking sih. Kan sudah sama-sama menikah dan punya anak.”

Eh kok jadi cerita ini. Hhmm anggap saja ini sebuah pembuka tentang apa yang akan kutuliskan di sini.

Oiya, mau takabur sedikit ya ehehe, Bapak Arman memuji kemampuan bahasa Rusia-ku lho. Alhamdulillah berarti sudah lumayan mahir lah ya wkwkwk. Selamat buat aku.

***

Tiga bulan sudah berlalu sejak kedatanganku di kota Atyrau, KZ. Aku sudah mempersiapkan diri akan tantangan yang mungkin menghampiri. Dan, si tantangan sudah datang hiks hiks. Yang bikin saya tertegun adalah karena datangnya dari ‘dalam’, dari sesama orang Indonesia yang tinggal di sini.

Ketika aku terdiam untuk merenungkannya, aku menyadari bahwa manusia itu sangat kompleks. Adaaaa sajaaa penyebab seseorang berkelakuan.

***

Semua itu bermula dari adu pendapat di Instagram, antara PakSuami dengan temanku, sebut saja Mba M.

Yang awalnya kami selalu bertemu dengan sukacita dan nyaman berada dengannya dan keluarganya; 180 derajat berbalik! Mungkin terlalu berlebihan kalau 180 derajat, ya sekitar 100 derajat-an gitu.

PakSuami dan Mba M kala itu beradu pendapat secara tidak langsung, bukan yang balas membalas frontal; melainkan setiap Mba M share bla bla bla di story atau post IG-nya, PakSuami share kontranya. Begitu juga seterusnya sampai di satu titik aku noticed hal itu.

“Pap, tahan lah Pap, Mba M (dan keluarganya) adalah teman dekat kita di sini. Anak-anaknya juga temenan sama Boo. Berkorban dikit lah Pap untuk gak speak up dengan pandanganmu di Instagram. Nanti kalau M gak suka gimana?? Sayang lah Pap.”

Sebenarnya aku sudah bisa menebak bakal kayak gimana tanggapan PakSuami. Tapi ya namanya usaha, patut lah aku coba.

Sebagai orang yang dominan dimanapun berada, ketika Pak Suami sudah punya kemauan, tak ada siapapun, siapaaaapun yang bisa menentangnya. Heuheu. Untuk banyak hal, aku setuju dengan karakter beliau.

Tapi ampuuun Papito, satu ini saja kok endak mau ya Pap. Heuheu.

“Ini kan IGku Mam. Hak-ku mau nulis apa. Aku juga pengen temen-temenku tahu isi pandanganku. Bla bla bla…”

Aku pasrah. Ya sudah whatever will be, will be lah.

***

Beberapa hari berikutnya, ada acara di sekolaan. Aku dan beberapa school Moms datang. Dan ketakutanku terjadi. Aku mendekati dan menyapa Mba M, dan Mba M terasa sangat berbeda. Aku punya feeling yang kuat. Selama ini hampiiir gak pernah punya perasaan gak enak begini di dekat orang.

Aku refleks menebak ini pasti akibat beda pandangan di IG dengan Pak Suami. Sepanjang acara meeting itu, aku sudah gak bisa tenang. Hatiku gak njenjem dan pengen cepet-cepet pulang.

Akhirnya aku sampai juga di rumah, dan segera aku scroll Instagram. Nah kan, tebakanku tak meleset. Mba M meng-unfollow Pak Suami!

Jadi makin bulat aku menyimpulkan bahwa Mba M berubah setelah mengetahui PakSuami beda pemikiran dengan beliau. Huwaaaaa hatiku langsung gak karuan.

Aku kan orangnya pendiam pemalu dan sebagainya sebagainya. Mendapat teman dekat tuh rasanya wow sekali; tapi kalau kejadian begini, jadi ngerasa sendirian amat.

***

Sedikit flashback. Dulu sebelum pindah ke KZ, Pak Suami bertemu secara tidak sengaja dengan Mba M di bagian kolom komentar sebuah video Youtube tentang kota ini.

Akhirnya mereka saling terhubung lewat WA dan IG. Mereka rajin chat-an berdua tentang kondisi Atyrau dari A sampai Z. Alhamdulillah Mba M ini sangat helpful, dan apapun yang ditanyakan Pak Suami, pasti langsung dibalas dengan cepat.

Mba M bahkan bilang sudah gak sabar ingin menyambut dan bertemu kami di KZ. Pokoknya Mba M orangnya supel, baik, dan menyenangkan.

Technically, Mba M dan Pak Suami sudah berteman lebih dulu. Aku baru interaksi dengan Mba M pas sudah datang ke sini, terlebih kami sama-sama Ibu-ibu sekolahan QSI.

***

Yahhh sekarang semuanya sudah berubah.

PakSuami bilang, “Kamu jangan bingung, Mah. Jangan terlalu bergantung sama orang lain. Harus bisa dan berani sendiri. Gitu aja bingung! Aku gak ngira dia gak bisa menerima perbedaan opini ya,” sambil ketawa-ketawa.

***

Setelah dirunut, menurutku: Pak Suami dan M hanyalah manusia yang ingin menjadi dirinya sendiri, yang mengekspresikan isi pikirannya sesuai dengan mindset-nya masing-masing. Toh begitulah dunia bekerja dalam bersosial.

Aku bertanya pada diriku sendiri, “Di mana letak salahnya ya??”

Hiks iya juga ya, mereka gak salah apa-apa dengan keadaan diriku. Akunya aja yang gak bisa menghadapi keadaan ini. Dahlah aku mau teriak-teriak lagi di bantal.

***

***

***

3 thoughts on “Tantangan dari ‘Dalam’

Leave a comment