Social Observation · Tantangan MGN

A Classic Sampah Story

Sebuah antologi yang tercipta dari sebuah penghayatan observasi di berbagai koordinat bumi.

***

Wahai Humans, we made it here! Mari direnungkan bersama, kita semua adalah pemenang.

Kita terbentuk dari 1 sperma yang berkompetisi mati-matian melawan ratusan juta lainnya, berenang-renang ratusan ribu kilmeter jauhnya; demi memenangkan hati sel telur angkuh yang jual mahal. Tidak menyia-nyiakan kemenangan ini adalah ke-SEHARUSNYA-an.

Kita adalah para manusia terpilih yang mendapat privilege untuk ngontrak di bumi, gak mbayar pula. Cukup dengan amanah menjaga kontrakan tetap rapi. Ketika datang, kondisi kontrakan rapi; pas pulang juga tetap rapi. Syukur-syukur bisa meningkatkan kerapiannya. Yang penting jangan menjadikannya berantakan.

***

1. Diam-diam Berkarya

Jika ada pertanyaan yang dilayangkan untukku, “Sebutkan satu kata untuk Kazakhstan!”

Saya akan menjawab, “Tiga kata boleh?”

“Boleh, Buk!”

Di mataku, Kazakhstan itu diam-diam berkarya. Sebelum bernafas di negara ini, saya tidak pernah mendengar kabar tentang Kazakshtan yang begini begitu. Berita yang memenuhi isi kepalaku adalah perkara Amerika, Jepang, Korsel.

Namun sesampainya di sini, banyak hal yang membuatku kagum. Kerapiannya, intuitivitas teknologinya (manula bisa menggunakan ATM tanpa bantuan anak cucu), hingga kebersihannya. Tentu saja tak ketinggalan: tampan dan cantiknya.

Tak pernah saya terinterupsi dengan sesuatu yang out of place seperti botol air mineral atau bungkus permen ketika sedang menikmati keestetikannya.

Ternyata di sini littering memang ‘haram’ hukumnya. Ada seorang warga lokal, panggil saja Aitbek Khassenov, pernah merasakan staycation di hotel prodeo selama 3 hari 3 malam. Pada malam hari nan gelap dan sepi, Aitbek membuang puntung rokoknya dari dalam mobil. Naas, ulahnya tercyduk kamera CCTV dan oleh Pak Polisi dibawa ke markas. Membayar denda, jelas. Tapi Aitbek tetap harus menjalani hukuman penjara. Kapok sudah.

Lain lagi dengan pengalaman Miras Amandyk. Hari itu di kala dia craving permen rasa jeruk, kesialan menghampirinya. Ingin segera mengemutnya, bungkusnya terbang terbawa angin waktu membukanya. Sayang ada Pak Polisi berdiri tidak jauh darinya. Apes, Miras dibawa ke kantor polisi dan tetap mendapat hukuman.

Meskipun jalanannya bersih dari sampah, spitting tampaknya tidak melanggar hukum. Beberapa kali saya menemukan ‘ranjau’ ludah, baik encer maupun kental. Syukurlah saya tidak pernah menginjaknya.

Pastilah pihak yang berwenang sudah mempertimbangkan dengan dokter dan ilmuwan terkait, yang mengestimasikan rendahnya resiko penyebaran penyakit melalui air ludah di tanah.

***

2. Lain Ladang Lain Belalang

Lain Kazakhstan tersayang, lain pula Singapura sayang.

Di negara maju ini, meludah bisa didenda 2 kali lipat dari buang sampah ‘normal’. Sebagai informasi, besar denda littering di Singapura adalah 5 juta rupiah. Sedangkan spitting, 10 juta rupiah.

Jadi kepikiran, bagaimana kalau aturan ini diterapkan di Indonesia? Pemasukan bertambah drastis, tanpa perlu menaikkan pajak. Dan efek jera memaksa rakyat membiasakan diri bergaya hidup bersih.

Singapura menjunjung tinggi higienitas, kesehatan, dan keelokan. Mereka sangat concern dengan kandungan sputum (lendir) dalam air ludah walaupun sifatnya low risk. “Lebih baik mencegah” sudah menjadi old habit warga Singapura. Selain itu, visualnya meresahkan dan mengganggu keindahan.

Jika sudah terbiasa meludah, sebaiknya ditelan saja saat berada di sini. Toh menelan ludah bisa menjadi benteng untuk esofagus dan membantu meminimalisir heartburn.

***

3. Kulit Pisang Paman Dolit

Masih ingatkan dengan Paman Dolit yang menerima karmanya langsung dengan terpeleset sesudah membuang kulit pisangnya? Pesan moral dari adegan tersebut adalah tentu saja untuk meng-encourage penonton agar tidak nyampah.

Makin berkembang ilmu pengetahuan, makin terbuka tabir tentang sisa makanan yang masih bisa memberi manfaat.

Salah satunya adalah kulit pisang, yang berkhasiat sebagai exfoliant kulit wajah dan pemutih gigi. Hanya dengan rutin menggosok-gosokannya, konon hasilnya setara dengan pemakaian AHA-BHA Paula’s Choice dan sticker gigi putih instan.

***

4. Air adalah Sumber Kecantikan dan Kegantengan

Sering mendengar kalimat “Glowing karena air wudu doang“? Supaya tidak misleading, sangat perlu ditambahkan keterangan: dengan catatan airnya harus bersih, bening, tidak berbau, tidak butek.

Anak-anak kos di area Bojongsoang Bandung, mengeluhkan kondisi airnya yang kotor. Kalau sudah begini, skincare sultan pun tak akan mampu membuat kulit cerah berseri.

Sejumlah sukarelawan dari River Cleanup Indonesia menyaksikan sampah yang menumpuk di bagian hilir Sungai Ciganitri di Bojongsoang sebelum memasuki muaranya di Sungai Citarum. Sekumpulan orang baik tersebut sibuk mengangkat sampah yang dijebak memakai trash boom. Terpantau tak terhitung jumlah sedotan plastik, styrofoam, popok bayi, bangkai tikus, ular, ayam, dan segala kebusukan lainnya.

Dua puluh tahun yang lalu, tempat kos saya di Bandung, yang notabene murah dan terletak di gang kecil; airnya melimpah dan bersih.

Sedih, Bandung sekarang berbeda dengan Bandung yang dulu…

***

5. Follower yang Bukan Sekedar Follower

“Ini orang-orang juga pada buang di sini,” jawab seorang perempuan yang bernada membela diri ketika ditanya tentang plastik bekas ciloknya, sambil menunjuk sudut trotoar di Palasari. Yang lebih nyesek, 3 meter darinya, berdiri kokoh tong sampah.

Kebanyakan orang akan memilih untuk menjadi bagian dari komunitas yang jumlahnya banyak. Padahal banyak belum tentu benar.

Sikap ikut-ikutan sudah menjadi bagian dari eksistensi manusia, hasil perubahan komposisi genetik secara turun temurun. Namun jadilah follower yang bukan sekedar follower. Filterlah mau menjadi follower siapa dan yang bagaimana. Pilihlah panutan yang bergaya hidup bersih, sehat, dan mencintai lingkungan.

***

6. Braga VS Malioboro

No debat! Braga dan Malioboro adalah dua spot wisata ngehit kekinian yang menjadi favorit lintas generasi, dari milenial sampai generasi Alfa.

Satu yang membedakannya: SAMPAH.

Terakhir kali saya ke Braga, susah sekali menemukan tempat sampah. Kabarnya ada gerombolan pencuri tempat sampah (?). Suasana jadul bangunan heritage di sepanjang jalan jadi berkurang kebagusannya.

Berbanding terbalik dengan Malioboro. Petugas kebersihan selalu siaga di sekitar. Tempat sampah juga tersedia di sana sini. Jujur saya kaget melihat wajah jalan utama di kota Jogja ini yang makin cantik menghias diri.

Semoga Braga, yang sudah kuanggap sangat personal, segera berbenah untuk kembali menjadi jelita.

***

7. Kondom Bekas dalam Teko Listrik di Sebuah Kamar Hotel

Ingin rasanya saya me-roasting pelakunya dan memberinya edukasi! Bisa-bisanya membuang polysisoprene berisikan cairan seminal yang bau dan menjijikkan ke dalam teko listrik. Sungguh mengguncang kewarasan.

Lacy Windham, seorang dokter spesialis OBGYN asal Amerika yang sudah praktek belasan tahun, membagikan tata cara membuang kondom bekas dengan benar dan anggunly. Pasca melepasnya dengan hati-hati, ikatlah bagian ujungnya dengan pelan agar tidak menetes atau muncrat. Kemudian dibungkus dengan tisu atau kertas, baru dibuang di tempat sampah. Bukan disumpelin di dalam teko listrik, di-flush di toilet, atau dialirkan ke sungai.

Proses ini hanya memakan waktu kurang dari 5 menit.

***

8. One Man’s Trash is Another Man’s Treasure

Pada tahun 90an, saya pernah tidak sengaja menemukan amplop surat lengkap dengan perangko Australia-nya di tong sampah dekat SD. Saya yang kala itu filatelis sejati, seneng luar biasa mendapat perangko luar negeri. Rasanya bagaikan menemukan harta karun.

Ya, sampah seseorang bisa menjadi sesuatu yang berharga bagi orang lain.

Akhir-akhir ini viral di sosial media, di TPS Thailand banyak ditemukan snakers bermerek yang kondisinya masih bagus. Saya dan jutaan penonton lainnya takjub melihat videonya, bahkan ada yang berkomentar, “Kalau sampahnya begitu, daku rela menjadi pemulung.”

Haduh Nak, kaget Ibuk membacanya. Sebaiknya jangan mendoa begitu. Instead, berharaplah supaya menjadi orang yang bisa memberikan sampah bermanfaat bagi orang yang tepat.

***

Penutup

Alah yang lain juga gitu, kenapa kamu tetap melakukannya. Gak ngaruh.”

Palingan nanti juga dicampur di TPA. Sia-sia kelelahanmu milah-milah.”

Jenis kalimat discouraging tersebut pasti akan ada, dan mampu melemahkan niat dalam sekejap. Namun yakinlah, semua bermula dari diri sendiri, sekecil apapun.

Apakah harus menunggu banjir dulu, bumi rusak dulu, dan inhabitable?

Apakah harus menunggu geng pimpinan Evans yang radical environmentalist menata bumi?

Apakah harus menunggu tugas manusia sebagai khalifah di bumi diambil alih oleh AI?

Apakah harus menunggu mob sekaliber (dan sejahat) Al Capone mengelola sampah?

***

***

***

Tulisan untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog, BUMI, yang di-host-in oleh Mamah Sistha dan Mamah Ririn.

Mom's Life

Lebaran di Atyrau KZ (2)

Apakah yang kami lakukan setelah sholat Ied?

(Again) kutuliskan bahwa negara ini adalah sekuler. Jadi hari besar keagamaan apapun tidak ada libur. Tidak ada tanggal merah. Yang ngantor tetep ke kantor, yang sekolah tetap masuk sekolah.

Pak Suami siangnya masuk kerja lagi. Boo dan teman-temannya yang Muslim izin tidak masuk sekolah, dan dipersilahkan mengerjakan tugas di rumah masing-masing.

Aku juga gak memasak something special, apalagi ketupat dan opor. Selain karena tidak tersedianya bumbu-bumbu khas Nusantara, juga… umm mager. Lha lebaran sebelum-sebelumnya, aku juga gak pernah masak sih ehehe. Yang masak, Mama Mertua atau pesan katering tetangga.

Lagipula, di hari spesial itu, beberapa expat yang Muslim akan berkumpul merayakan Idul Fitri bersama. Yang jelas, makaan-makaaaan.

Para expat tersebut adalah orang tua murid di sekolaan Boo, QSI Atyrau. Mereka bukan hanya menyekolahkan anaknya di sekolahan yang sama, namun juga rekan kerja. Ya intinya, orangnya tuh elu lagi elu lagi.

***

Sang tuan rumah adalah orang tuanya teman sekelas Boo, bernama Adam, keturunan French-Maroko. Rumahnya… oh my God, besaaaarrrrr masya Allah. Halamannya luas, ada playground dan tempat basketannya juga. Kemudian punya ruang basement yang lengkap dengan bioskop mini dan tempat nge-game super keren bagi anak-anaknya. Seketika penthouse kami terasa sangat kecil dibandingkan dengan rumah beliau.

Memang ya.. di atas langit masih ada langit.

***

Di situ saya berkenalan dengan Mamahs dari Pakistan, India, Korea Selatan, Rusia, USA. Masing-masing membawa makanan khas tanah airnya. Pesta beneran ya Allah. Alhamdulillah. Begitu banyak makanan dan minuman enak dan maknyusss. Juga Mamahs yang simpatik.

Ohya, yang dari Indonesia selain diriku ada juga dong pastinya. Ada 2 Mamahs yang sebelumnya sudah bertemu ketika diriku awal-awal berada di kota ini.

Yang satunya adalah mantan Putri Indonesia jadul. Inisialnya SM. Beliau tinggal di Atyrau ngikut suaminya yang bule Amerika yang kerja di Ch–r-n. Aku gak bisa menyembunyikan kegiranganku saat aku diajak ketemuan untuk pertama kalinya oleh beliau.

“Mbaaaa, seneng banget gak nyangka bisa bertemu langsung dengan Mba. Aku pas kecil cuman bisa lihat di TV. Ya Allah seneng banget aku Mba.”

Beliau tampak humble, “Ih Uriiiill. Plis jangan meng-emphasize umur aku dongg. Kamu masih kecil aku udah dewasa. Pliss Uril.”

Tidak hanya parasnya yang cantik. Badannya tinggi, banget. Aku ternganga dan terkagum-kagum dibuatnya. Ya Allah, memang bener-bener deh, seorang Putri Indonesia itu sangat menyenangkan. Inner beauty-nya menonjol…

Aku gak bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Pokoknya orangnya tuh sangat atraktif, percaya diri, luwes, gak maluan, banyak bahan pembicaraan, tahu apa yang diinginkannya. Asik at its finest.

***

Meskipun jauh dari rumah, meskipun tidak ada ketupat nor opor ayam; alhamdulillah kami bisa survive di hari Idul Fitri ini. Dikelilingi oleh ‘keluarga’ baru yang hangat, supel, dan grapyak.

***

***

***

Body, Mind, Soul · Mom's Life · Ramadan Moment · Social Observation · Wifey's Life

Lebaran di Atyrau KZ

Lima hari sebelum Idul Fitri, tamu bulanan datang. Yahh padahal awal-awal puasa sudah M. Nasib siklus 21 hari ya begini. Tentu saja tidak apa-apa ya, aku gak mungkin marah ke yang ‘mengatur’ diriku. Bisa rutin M dalam kondisi yang sehat walafiat tanpa pernah sakit perut jelas menjadi karunia yang luar biasa.

Di sela-selanya, aku mendoa agar M selesai di hari H Idul Fitri. Alasannya adalah karena aku tidak ingin melewatkan pengalaman sholat Ied di negara ini. Pengen tau segala seluk beluknya. Aku udah sensed something unique would happen.

Aku pun setiap hari keramas dengan harapan period-ku cepat selesai ehehe. Alhamdulillah ikhtiarku berhasil, bangun pagi hari Rabu, tanggal 10 April, sudah bersih-sih-sih. Auto menuju kamar mandi untuk mandi besar. Voilaaaa, yuhuuuu siap-siap berangkat ke masjid Imangali untuk sholat Ied.

Gak ada baju baru yang kupersiapkan untukku, untuk suamiku, dan anakku. Aku random memilih baju lengan panjang dan rok panjang, serta memakai kerudung dari scarf biru berbunga yang kubeli di Aktau.

Suamiku malah…. mehhh, tidak ada yang beda dari baju yang dikenakannya sehari-hari ahahaha. Itu ituuu aja. Btw tahukah, isi lemari Pak Suamiku tuh kemeja yang sama semua.

Sekali suka dengan baju A, beliau akan membeli baju itu, lagi dan lagi. Jadi kesannya tuh tiap hari kagak pernah ganti baju ceunah ehehe.

***

Beruntung kami tinggal di tengah kota. Bahkan nama apartemen kami tinggal tuh literally ada embel-embelnya “pusat kota”, Somerset City Centre.

Ke mana-mana -dalam artian untuk kebutuhan, keperluan, dan keinginan- dekat. Tinggal ditempuh dengan jalan kaki. Naik taxi, di sini YANDEX namanya, nanggung; jadi mending jalan kaki saja, sehat, bugar, dan enakeun.

Tak terkecuali Masjid Imangali, tempat diadakannya sholat Ied, lokasinya hanya berjarak sekitar 600 meter-an. Makin bersyukur karena kala itu suhu udara sudah mulai menghangat, sudah mendekati 20 derajat.

***

Dalam pikiranku, karena di sini sekuler, palingan yang sholat sedikit. Ealaah begitu keluar dari gedung apartemen, banyak orang berjalan kaki menuju masjid. Takbir dari masjid pun terdengar jelas. Indahnya ya Allah.

Sambil berjalan, aku mellow (ahahaha huhh dasar ku emang gampang nangis) menyaksikan ini semua. Menyaksikan masyarakat Muslim kota Atyrau ramai-ramai berbondong ke masjid. Di sisi lain, terharuku ini muncul sebab timbul rasa rindu dengan lebaran di Indonesia. Either way, aku menangis bahagia sih ehehe.

***

Memasuki halaman masjid, ramai kali. Lebih ramai dari dugaanku. Di area perempuan, hanya bagian luar yang masih available. Suara yang tidak asing kudengar adalah tangisan bayi dan anak-anak kecil ehehe. Di Indonesia mah pasti ada.

Alhamdulillah cuaca sudah tidak sedingin awal-awal ke sini, jadi aku tetap bugarly no menggigil tidak sholat di dalam.

***

Beginilah hasil observasiku mengenai culture shock lebaran di Kazakhstan:

1. Khotbah di Awal

Yappp, kayak sholat Jumat di tanah air ya ehehe. Di Indonesia, khotbah sholat Ied dilaksanakan setelah selesai sholat. Di sini kebalikannya, kawans.

Plus, karena aku belum paham 100 persen bahasa Rusia, bisa ditebak, aku gak paham apa isi ceramahnya wkwk. Instead, aku gunakan momen ini untuk melihat sekeliling sambil membaten A sampai Z, banyak juga beda sholat Ied di sini dengan di sana.

2. Shaf Sholat Bukan Sesuatu yang Esensial

Sepertinya bukan hal yang aneh orang-orang di sini sholatnya pada berjarak. Seolah membuat sekat antara rombongan masing-masing. Jadi ada sekeluarga datang, mereka akan berkumpul. Kemudian sebelahnya, orang yang tidak dikenalnya, bebas saja mau berdiri mepet atau agak bergeser sedikit. Nanti di sebelahnya lagi, jarak sedikit, lalu isinya sekeluarga atau se-grup-nya.

Gak ada yang peduli untuk mengkritik atau menyuruh, “Buk, Buk, rapatkan barisan.”

Aku ngarepnya ada panitia yang mengatur shaf, biar angetan gitu akunya. Ternyata krik krik krik. Gak ada. Aku sempat meminta sebelah kiriku untuk bergeser, tapi Mba-nya gak mau. Ya sudah brati memang demikian di sini.

3. Mukena. Apaan Tuch?

Oh my God. Ini yang paling bikin aku kaget dan merasa ‘agak laen‘ diantara lautan manusia.

Tak satupun diantara para Muslimah di sini yang mengeluarkan mukena dari tasnya karena memang gak bawa dan gak punya. Bahkan gak tahu kali ya ada benda yang bernama MUKENA.

Kemudian aku memperhatikan lebih detail dan menyadari bahwa mereka sudah berpakaian brukut tertutup rapat. Kalau di Indonesia, istilahnya berbusana syar’i. Jadi mereka dari rumah sudah berbusana seperti itu.

Pantesan, Mba sebelahku bilang, “Itu rambutnya kelihatan.” Aku kan pakai kerudungnya yang ala Mba Tutut Soeharto gitu. Setelah si Mba tersebut memberitahu perihal rambutku, aku cepet-cepet menunjukkan mukenaku dan memakainya. Sekalian biar dia tahu bahwa ada yang sesuatu yang namanya MUKENA.

Keherananku membuatku googling sepulang sholat. Ealah ternyata MUKENA itu memang berasal dari Indonesia. Dahulu dikenalkan oleh Wali Songo. Jaman dulu kan para wanita Indonesia kebanyakan pakai kemben, jadi dibikinlah kain rapat tertutup yang harus digunakan saat mau ritual sholat menghadapNya.

Walaupun kita ‘agak laen‘, tapi kita harus bangga lho. Di Indonesia, mukenanya bagus-bagus.

Ah jadi pengen jualan mukena di sini. Kira-kira bakal laku endak ya ehehe.

(Talk to myself —> Halah pengen jualan ini itu, tapi kepengen doang, gak ada aksi!)

4. Sajadahnya Letoy

Senada dengan kisah mukena. Entah kenapa sajadahnya tipis-tipis gitu ya. Apa lututnya gak sakit ya sholat di lantai beraspal, juga berbatu, dan gak rata. Terpantau aku doang yang punya sajadah besar dan tebal.

Nah lho. Apakah aku juga kudu jualan sajadah tebal di sini?

5. Sholat dengan Sepatu Tetap Terpasang

Apa apaan ini???

Anak kecil di Indonesia pun paham kalau sepatu kudu dilepas kalau mau sholat walaupun di lapangan. Tapi di sini endak, sodara-sodara.

Yang aku lihat melepas sepatunya ketika sholat, cuman 3 atau 4 orang saja. Yang lainnya tetap bersepatu. Konsepnya gimana ya. Ahh tapi akhirnya aku juga ikutan sih. Sholat dengan bersepatu.

Ternyata rasanya gini ya. Gak enak ahahaha. Kayak ada yang mengganjal, terutama pas duduk tahiyat. Kebayang kan?

6. Tidak Ada “Aamiin” Sesudah Al Fatehah

Pfiuuhh untung diriku bukan aliran garis keras pengucap “aamiin” kencengly. Misalkan aku terbiasa, pasti pada nengok kali ya. Kebayang dah malunya kayak apa.

Informasi dari Pak Suami dan seorang Mamah kawan baikku, hal ini disebabkan adanya perbedaan mahzab. Jujur aku gak paham tentang ini.

Aku pribadi, memang sengaja gak ingin berkiblat ke mahzab tertentu. Bebas sajalah. Yang A, C, atau mix gak masalah asal gak menyalahi yang sudah jelas tertulis di AlQuran.

6. Rakaat Ke-2 Serasa Kena Prank

Wadawww hampir saja ngakak-ku merebak. Syukurlah aku bisa menahan diri.

Sholat Ied di negara kita terdiri atas 2 rokaat yang rokaat pertama terdapat 7 kali takbir, dan 5 kali takbir di rokaat kedua.

Di Kazakhstan beda, sodara-sodara. Rokaat pertama takbirnya hanya 5 kali. Sedangkan rokaat ke-2, … nah inilah yang ingin kuceritakan.

Begitu takbir sekali, langsung surat Al Fatehah, selanjutnya diikuti dengan surat Al Kautsar. Gara-gara itu, aku jadi mengira gak ada takbir kan.

Akhirnya ketika Imam mengucap “Allahu Akbar”, diriku ruku’. Lha dalaah ya ampun, ternyata abis itu takbir lagi. Aku pun cepet-cepet berdiri lagi dan memposisikan tanganku bersedakep.

Asumsiku, rokaat kedua takbirnya pun 5 kali. Ealah pas “Allahu Akbar” ke-3, di saat aku masih bersedakep dengan kedua tangan di perut, ternyata yang lain sudah pada ruku’. Buru-buru aku ruku’.

Yah begitulah, aseli ku jadi ngerasa di-prank.

Mohon diingat ya Mamahs, jika suatu saat ikut sholat Ied di Kazakhstan: takbir rokaat pertama adalah 5 kali. Takbir rokaat kedua adalah 3 kali dan dilakukan belakangan sehabis membaca Al Fatehah dan satu surat.

***

Terlepas dari semua keunikannya, aku bersyukur diberi kesempatan melaksanakan sholat Ied di Kazakhstan. Aku jadi makin engeh bahwa perbedaan itu ada di segala penjuru. Cara sholat yang universal pun masih ada bedanya.

Insha Allah menambah pandangan dan wawasanku, melembutkan kekakuanku, dan menjadi lebih tenggang rasa dalam menghadapi segala hal yang tampak ‘aneh’.

***

***

***

Body, Mind, Soul

28 Ramadan 1445 H

Bulan Ramadan 2024 sudah hampir berakhir. Ya Allah ya Tuhanku, aku sadar aku gak optimal dalam beribadah di bulan Ramadan ini. Banyak faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhi. Namun dari kesemua itu, pengendalian diriku adalah yang utama.

Alasan baru beradaptasi dengan lingkungan baru. Adjusting jam biologis, aktivitas-aktivitas baru yang harus aku kondisikan sebagai rutinitas harian. Mengelola efektivitas waktu supaya aku bisa melakukan kegiatan dengan ideal.

Alasan sholat Isya’ nya jam setengah 10 malam. Yang mana di jam tersebut, aku sudah terbiasa ngantuk. Tim tidur jam 9 malam ngacung. Ancer-ancernya adalah jam ketika Dunia Dalam Berita hadir, itulah waktuku untuk tidur. Membiasakan diri untuk tidur lebih malam dari itu, karena mau Isya’ duluan, kerasa melelahkan.

Alasan vibes Ramadan di negara Kazakhstan yang tidak terasa nuansa Ramadan-nya. Lagi-lagi masalah habit. Di Indonesia, otak kita auto terkondisi dan tersadarkan bahwa saat Ramadan adalah bulan Ramadan. Dengan adanya warung tutup dan warung bertirai. Keramaian di sore hari dengan tersebarnya yang berjualan takjil. Undangan berbuka puasa di sana sini. Sayup-sayup suara pengajian di masjid tiap harinya. Ajakan sholat tarawih oleh tetangga dan kawan-kawan. Gerakan berbagi yang masif. Masya Allah. Beneran seneng banget menjalani Ramadan di tanah air.

Btw, aku sempat menulis tentang “Culture Shock Ramadan di Kazakhstan” di website Mamah Gajah Ngeblog. Mangga atuh kalau ada yang mau membaca.

***

Sebenarnya semua faktor eksternal itu tidak bisa disalahkan, terutama kalau eksistensi diri ini teguh menghadapi itu semua. Tetapi tentu saja aku tetap mengharap bisa memperoleh ridhoNya, bisa mendapat berkah, hikmah, ilmu pengetahuan, dan kebijaksanaan atas hal-hal baik yang aku lakukan selama bulan Ramadan ini. Aamiin aamiin ya Rabb.

***

Speaking of ramadan di Kazakhstan, yang konon membuat diriku ‘lupa’ bahwa Ramadan adalah Ramadan, berkaitan dengan fakta: Kazakhstan adalah negara Islam yang sekuler.

Penduduk mayoritasnya adalah Islam, namun muslim di sini ‘berbeda’ dengan yang di Indonesia. Ibadah ritual seperti sholat dan puasa, belum menjadi keseharian mereka. Bulan puasa di sini juga santuyy. Tidak ada restoran tutup. Semua tempat makan buka. Tidak ada pernak-pernik bulan suci dan musik-musik Islami di mal.

Walaupun hal tersebut membuatku terasa tidak mantabbb dalam menjalani puasa, namun jujur aku suka dengan keadaan ini. Tidak akan ada tatapan mata judgmental ketika seorang muslim tidak sholat dan atau tidak puasa. Tidak ada celaan saat seorang muslim skip sholat Jumat. Tidak ada ejekan jika ada seorang muslim yang tidak kuat berpuasa. Tidak ada sindiran halus kalau seorang perempuan muslim buka-tutup jilbabnya.

Situasi seperti inilah yang (menurutku) bisa membuat seorang muslim beribadah murni karena Allah. Tidak terbersit sedikitpun mengharap pujian dari sekitar, validasi dari lingkungan, penerimaan dalam sebuah komunitas, motif agar makin disenangi teman, dan lain sebagainya.

Diri ini menganggap muslim yang mampu teguh dan taat dalam iklim “urusanku-urusanmu dhewe, agamaku-agamamu dhewe, ibadahku-ibadahmu dhewe” adalah…. yang mantabbb.

***

***

***

Horoskop Zodiak Bulanan

Madam Soothsayer’s Astrology Prognostication of March-April 2024

Life happens, my friend…

Jadi ramalan bintang bulan Maret ke-sekip deh.

Madam sedang super sibuk sekali menjalani hidup baru. Singkatnya, berproses membentuk ritme keseharian yang optimal.

Fix, nanti kalau sudah kembali ke tanah air, Madam akan membuka les Bahasa Rusia, mengingat banyak orang Indonesia yang mengincar orang-orang Rusia sebagai jodohnya. Sumber cuan nih. Insha Allah, semoga terwujud ya. 🤲🏻

Banyak amat, Madam. Katanya mau buka kos-kosan di Bandung, bikin cafe a la Central Perk-nya FRIENDS, punya spa yang melimpahi customers-nya dengan pujian, membuat toko baju winter yang cakep. Jadi mana yang betul???

Oh ya Allah. Iya juga ya, banyak bener mimpi ane. Teringat dengan kata powerful dari sahabat Madam, “Jangan pernah takut bermimpi ya Uril.”

Jadi dengan lantang, akan Madam jawab, “Semuanya betul! Kalau bisa semua, kenapa harus satu?” Bismillah…🤲🏻

***

Di bulan April ini, penglihatan Madam dipenuhi oleh beauty stuff. Perhatikan baik-baik yach Bunda. 😍

CAPRICORN

Perlu memasukkan serum vitamin C ke dalam rangkaian perawatan kulit Mamah. Kata dr.Imber, serum vitamin C itu bagus untuk semua usia. Jadi dia itu berfungsi memproduksi kolagen, membagusin tekstur muka dan mencegah efek buruk dari matahari, mulusin kulit, etc etc. Sebagus itu sampai ada yang menciptakan Hari Vitamin C, yang jatuh di tanggal 4 April. Ohya, gunakan setiap pagi sebelum pelembab dan sunscreen ya.

AQUARIUS

Sebaiknya kurang-kurangin pakai air hangat, Mah. Air dingin ternyata lebih sehat dan berkhasiat. Kita genereasi milenial terobsesi dengan awet muda kan ya. Air dingin tuh bikin kulit gak kering dan karenanya less keriput. Kenceeeng gitu. Ya kalaupun mepet kudu pakai air hangat, WAJIB ditutup dengan air dingin ya Mah.

PISCES

Pakai bahan alami yang tumbuh di sekitar adalah jalan ninja. Tuhan sudah menyediakan semuanya dengan sempurna. Tak perlu capek-capek dan merogoh kantong lebih dalam untuk impor. Kalau ada aloe vera, atau kunyit, atau apa gitu yang ada di pekarangan dan deket- deket situ. Manfaatkan, optimalkan.

ARIES

Ragu dengan benefit totok wajah? Ada yang bilang rutin pijat muka dapat membuat kulit muka kencang dan segar, karena peredaran darah lancar. Tapi ada juga opini praktisi kecantikan yang bilang, malah bikin sagging, mengendur. Nah lho. Lalu gimana dong? Teing lah, Madam pun juga di tengah persimpangan.

TAURUS

Uban sudah muncul dan ragu pengen ngecat rambut? Pantengin aja selebgram-selebgram yang meng-embrace ubannya dengan sukacita. Bagus lho. Apalagi sekarang ada cat rambut warna abu-abu pulak. Yang namanya balayage ash grey, highlight grey milk tea.

Nikmati prosesnya. Apalagi kalau wajahnya kayak Nadia Hutagalung ya. Yang ubannya sudah penuh tapi tetap pede uyyy. Orang yang gak kenal dia, ngiranya dia adalah perempuan muda yang ubanan secara genetik.

GEMINI

Minyak zaitun ternyata sebagus itu Mamah. Beberapa kali nemu dengan orang yang menggunakan minyak zaitun buat wajah dan badannya. Kok bisa jadi putihan ya. Padahal gak ada kandungan pemutihnya. Tapi ingat, pastikan yang EVOO (Extra Virgin Olive Oil) ya, Mah.

CANCER

Perhatikan asupan makanan! You are what you eat.

LEO

Tergoda untuk ber-skin care yang diciptakan khusus usia di atas usia Mamah? Yang 30-an pakai yang untuk 40-an, dan seterusnya. Hmmm. Boleh juga. Konon anak-anak kecil di Korea Selatan sudah pakai skin care anti aging. Namun kalau ragu, ya gak usah.

VIRGO

Sempat berpikiran jika krim mata itu gimmick belaka? Sama, Mah! Umm ada benarnya ada salahnya sih. Madam pernah melihat IG reels dokter kulit, katanya krim mata bisa nyamarin smile line. Silahkan dibuktikan sendiri ya Mah.

LIBRA

Pengen manjangin rambut tapi sudah emak-emak. Siapa bilang endak boleh, silahkan aja Mah. Coba sini datang ke Kazakhstan, hampir semua perempuannya, berambut panjang uyyy. Cakepppp. Madam pun ikut-ikutan. Mau manjangin rambut ah.

SCORPIO

Kurang-kurangin pakai sedotan, Mah. Terus saat makan, mengunyahlah di dua sisi. Lalu mengucap mamimumemo setiap hari. Sepenggal resep dari artis Korea Selatan bernama Jang Na Ra, yang sekarang berusia 43 tahun. 😍

SAGITARIUS

Sengantuk-ngantuknya, jangan skip cuci muka ya Mah.

***

***

***

Social Observation · Tantangan MGN

Teman Makan Teman

Seorang laki-laki berambut pirang bermata biru yang mengenakan tunik dan kalpak, berjalan cepat membawa baki besar menuju meja kami.

“Mirip Putin pas masih muda ya…” bisik saya ke Pak Suami.

Disusul oleh perempuan yang memakai rompi dan topi etnik, imut-imut bagaikan boneka Mongolia.

Mereka berdua menghidangkan makanan dan minuman yang visual dan aromanya membuat perut bergejolak.

***

Demi pemenuhan gastronomic map, saya wajib mencicipi kuliner di koordinat mana pun saya berada.

Pertama kali mendarat di Kazakhstan, mata saya gak berhenti berkedip memandangi pesona kecantikan para perempuannya. Kulitnya putih bersih, rambutnya panjang banget, sehat, dan tebal tapi gak seperti kuntilanak. Pun tidak bau keringat dan ketiak. Masya Allah. “Beginikah penampakan makhluk surgawi?”

Kekepoan pertama yang muncul adalah, “Mangan opo yo wong kuwi?“**

Tagline ‘you are what you eat’ yang terpampang nyata di dinding Red Bean PVJ mungkin benar adanya. Btw sekarang kok sudah gak ada ya tuh restoran, menunya enak-enak dan sehat.

Somehow saya merasakan dejavu ketika dulu hijrah ke Bandung, melongo dengan kecantikan para perempuannya yang geulis pisan euy. Lalapan dan ulukuteuk leunca adalah jawabannya.

Kalau di Kazakhstan apa ya?

***

Pendatang baru pasti paham bahwa kuda punya tempat istimewa di hati rakyat Kazakhstan. Patung kuda berdiri gagah di alun-alun. Lukisan kuda terpajang di mana-mana. Ornamen kuda di sana sini. Vibe-nya kuda banget.

Kuda yang gagah, perkasa, dan sekseh. (Dokumentasi pribadi)

Konon nenek moyang bangsa Kazakh hidup nomad dan gemar mengembara di stepa, karenanya tak bisa lepas dari keberadaan binatang yang demen workout itu. Tercatat per Januari 2024 jumlah populasi kuda di Kazakhstan masuk 5 besar dunia sebanyak 4 juta ekor, dan terus berkembang.

Kuda telah menjadi teman bagi mereka. Ya dijadikan kendaraan pribadinya, ya disayang, ya dirawat, ya dipelihara, ya buat hiburan, dan sekaligus dimakan. Mungkin seperti inilah definisi literally teman makan teman. Duh sabar ya, Kuda..

Meskipun aneh maksimal, saya tetap bersemangat mencoba mencicipi daging kuda demi menjelma jadi Mba-mba Kazakh memenuhi Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog.

***

Dari menu yang ditulis dengan aksara sirilik —thanks to foto yang tertera dan bantuan Google Lens– saya memilih koininy indeyki yang daging kudanya sedikit. Belum berani memesan beshbarmak, yang porsi dagingnya dominan memenuhi piring.

Setelah Mas Putin menyajikan hidangan di meja dengan rapi, taa daa, mata saya berbinar karena tampilannya persis dengan yang di menu.

Паштет из конины и индейки с горячим хлебом. (Dokumentasi pribadi)

Aromanya sungguh menggoda, berempah kencang tapi beda dengan yang di tanah air. Terdiri atas 4 roti pita dan 2 mangkok daging lembek (entah digiling atau diblender), yang disebut pate; yang berwarna coklat tua adalah daging kuda, sedangkan yang berwarna kuning pucat berupa ayam turkey.

Namun, ketika moment of truth tiba, saya ragu untuk mengunyah si daging kuda. Seakan keindahannya menghilang. Makin mendekati indra penciuman, makin tergambar jelas wajah Maximus kudanya Rapunzel. Image kuda-kuda yang bertebaran di Ganesha juga muncul.

Puluhan ribu kilometer sudah kau lalui. Puluhan ribu tenge sudah kau keluarkan. Katanya kepo berat dengan makanan Mba-mba Kazakh. Ayok dilahap!

Syukurlah restoran ini, Sarqyt namanya, terniyat dalam mengelola interior dan pernak perniknya. Bisa memberi distraction yang tepat.

Atmosfer eksotisnya seolah membawa pengunjung sedang berada di istana yang ada di stepa Pontus-Kaspia ribuan tahun yang lalu. Lukisan, hiasan dinding dan atap, hingga furniture-nya terpahat dengan detail.

Restoran Sarqyt, Atyrau KZ. (Dokumentasi pribadi)

Tersedia dastarkhans di beberapa sudut restoran, yang merupakan cara orang Kazakh jadul makan. Mamahs pasti sudah sangat familiar dengan dastarkhans, yaitu lesehan. 🤭

Lalu ditambah 2 Mba-mba lokal memakai baju tradisional berwarna tabrak lari yang menyanyikan lagu ngalor ngidul tapi enak didengar.

Standing applause buat Sarqyt. Selain itu, waiter dan waitress di sini mampu berbahasa Inggris meskipun skornya 6 dari 10.

Pantas saja, banyak pengunjung yang sedang bercakap-cakap dengan bahasa Inggris. Para expat betah ngumpul di sini. Saya yakin salah satu alasannya adalah pegawai yang bisa ngomong enggres. Pertahankan ya Sarqyt.👍🏻

Lho kok jadi me-review restorannya ya.🤔

***

Baiklah, mari kembali ke Mas Putin. Eh salah, ke makan daging kuda.

Puas menikmati suasana dan dekorasi kuno uniknya, saya siap menyuap sesendok pate. Sambil merem.

Hhmm… rasanya not bad sih. Kayak daging biasa saja.

Yang membedakannya adalah gizinya yang luar biasa. Dari jurnal penelitian diketahui bahwa 100 gram daging kuda mengandung protein (yang lebih tinggi dari daging lainnya), rendah lemak, kaya asam lemak tak jenuh, dan banyak mineral esensial. Nutrisinya no play play, Mah.

Selain itu, susu kuda juga common di sini, yang tentu saja bergizi dan memiliki banyak manfaat. Saking berkhasiatnya, sebuah studi menunjukkan bahwa nutrisinya hampir setara dengan yang terkandung dalam ASI. Masya Allah.

Info penting buat Bapak-bapak yang istrinya sedang menyusui; agar tidak berebut dengan dede bayi, mimik susu kuda saja ya Pak.

***

***

***

Mengingat harganya yang mahal dan mempertimbangkan ketidaknyamanan memakannya, saya memutuskan untuk tidak rutin mengkonsumsi daging kuda.

Seiring bergantinya hari, saya jadi tahu kalau orang Kazakh tidak setiap hari memasaknya, hanya dalam occasion tertentu atau saat berpesta. Makanan mereka tidak ada yang baru di mata saya, serba serat dan daging. Malah di berbagai area, tersebar bermacam-macam kue dan roti yang enak banget.

Kesan pertama: festive. (Dokumentasi pribadi, dibuat dengan CANVA)

Masakan savoury Kazakhstan memang kalah dengan kuliner Nusantara, tapi dessert dan pastry-nya wagelaseh, jangan kebablasan saja deh pokoknya.




**= Makanan orang itu apa ya?

Sumber: Nutritional characteristics of horsemeat in comparison with hose of beef and pork. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2882581/ diakses 20 Maret 2024.

Wifey's Life

Resting Smile Face

“Mam kamu di sini jangan senyam senyum. Dikira freak..”

Guweh be lyke… senyam senyum.

Aku paham mungkin suamiku gak pingin istrinya dikira orang aneh sama warga negara di sini. Niatnya melindungi istrinya. For that, makasiy ya Pap.

***

Tapi gimana ya? Sepertinya muka diriku memang default-nya begitu hik. Rada susah ngubahnya.

Jika direnungkan, I don’t mind kok dibilang begini begitu hanya karena diriku menjadi diriku sendiri. Senyam senyum pun tidak merugikan orang lain bukan? Ya kan ya?

Dan, saya juga tidak memikirkan bagaimana respons balik orang lain ketika saya senyumin.

***

***

***

Saya jadi teringat peristiwa singkat di kompleks perumahan saya di BSD, yang terjadi sehari sebelum saya berangkat.

Waktu itu, saya sengaja berpamitan dengan Ibu pembersih yang rutin menyapu jalanan di blok saya. Saya bilang mau pindah bla bla bla, dan memohon maaf atas kata dan perbuatan yang tidak berkenan et cetera et cetera.

Tahukah, jawaban beliau sungguh bikin saya mellow. Begitu saya kembali masuk ke rumah, saya gak bisa menahan tangis, hiks hiks hiks.😭

Begini yang dikatakan Ibu pembersih kompleks,

“Ibuuuu, Ibu kok pindah. Ibu baik banget. Ibu selalu SENYUM sama saya. Kenapa minta maaf Bu. Gak usah. Ibu sehat dan lancar di sana ya Bu.”

Ternyata default wajah saya yang senyam senyum itu memberi sebuah memori indah bagi Ibu pembersih. Saya di-judge sebagai orang baek. 😭.

Masya Allah alhamdulillah, semoga senantiasa termotivasi untuk menjadi baik ya. 🤲🏻😭

***

Sederet kalimat bijak, SENYUM ADALAH SEDEKAH YANG PALING MUDAH, mungkin memang benar adanya.

Kalaupun tidak dibalas dengan kembali senyum, santai saja; bisa jadi orang itu default wajahnya bitchy, atau sedang ada masalah, atau sedang bad mood.

Apapun itu, wahai orang-orang ber-default wajah Resting Smile Face, tetap senyum sajalah; dengan begitu orang lain tahu kalau kita mudah di-reach out.

***

***

***

Body, Mind, Soul · Mom's Life · Social Observation

Culture Shock Kazakhstan #3

Maret 8, 2024

Memasuki Angel-in-us Coffee, sebuah kedai kopi di tengah kota Atyrau, rasanya legaaa.

Setelah jalan kaki keliling kota merangkul dingin minus 5 derajat yang felt like minus 10, baju berlapis-lapis pun tak mampu membuatku relax. Pengen cepet-cepet menghangatkan diri.

Kalau di Indonesia, sehabis jalan; maunya ngadem. Sedangkan di sini, nganget.

***

Aku pun bergegas nyari kursi yang nyaman, yang empuk dan ada sandarannya. Papito dan Boo nurut saja dengan pilihanku.

Ehh baru saja duduk, datanglah Mas waiter yang memberikanku setangkai bunga indah. Kikuk lah aku dibuatnya, kenapa Mas-mas bule Kazakhs ngasi aku bunga gini. Berondong pulak. I dont deal with berondong, Mas. Apalagi dengan berondong Kazakhs, ribeeet.

Sepertinya suamiku bisa melihat ekspresi GR di wajah guweh. “Hari ini International Women’s Day, Mam! Semua cewek dikasih bunga!”

Kemudian aku melihat sekeliling, dan memang di meja para pengunjung perempuan tergeletak setangkai bunga yang mirip punyaku itu.

Yach Mas, I thought we were special. 🤪

***

Hari ini Jumat tanggal 8 Maret adalah Hari Perempuan Internasional. Dan tahukah, Mahs, di sini LIBUR karena perayaan tersebut merupakan hari nasional bagi Kazakhstan.

Kemarin Kamis, di kantor Pak Suami full day juga tidak ada kerja, melainkan beramai-ramai berkumpul dan ‘mendewikan’ para pegawai perempuan. Pegawai pria udunan sekitar 20 ribu tenge (sekitar 700 ribu rupiah) untuk membelikan hadiah. Kemudian mengadakan acara makan-makan bersama. Pokoknya meriah.

***

Sesudah nganget, kami pun berjalan kaki lagi keliling kota. Sepanjang jalan, aku melihat banyak perempuan yang membawa bunga. Juga ada anak kecil yang membagikan bunga kepada pejalan kaki perempuan. Awww manisnya.

Di sebuah toko kecantikan, kayak Sephora, juga ramai antri mengular Mas-mas dan Bapak-bapak yang heboh membelikan hadiah buat pacar atau istri atau ibunya. Ya ampun indahnya.

Aku kaget sekaligus terkejut dan terpana plus ternganga serta terpesona. International Women’s Day dihormati sebegitunya oleh semua elemen. Semua laki-laki riang gembira menyambut hari ini, kata Pak Suami, mereka menyuruh istrinya untuk leyeh-leyeh dan melakukan semua pekerjaan rumahnya.

Setinggi itu penghargaan warga Kazakhstan terhadap kaum wanita. Di sini pria dan wanita levelnya sejajar. Tidak ada itu kaum patriarki, tidak ada itu sexist. Para kaum hawa di sini juga dikenal kuat, tangguh, dan independen. Wow!

***

Mengamati semua itu, aku refleks membandingkan dengan Hari Kartini. Ibu Kartini yang merupakan simbol perempuan Indonesia yang berani bangkit dan antimainstream di masa serba terbatas; yang membuat bangga semua wanita Indonesia dari berbagai kalangan. Ketika tanggal 21 April tiba, yang heboh hanyalah perempuannya, dan tidak juga dijadikan hari libur nasional.

Bukan berarti saya menilai itu tidak baik.

Saya paham setiap negara punya budaya yang berbeda. Toh aku pun tahu banget kalau pria Indonesia punya cara lain untuk menghormati wanitanya.

***

***

***

Mom's Life · Social Observation · Wifey's Life

Marketing Pegawai Salon/ Spa di Indonesia

Siapa yang doyan nyalon? Ngacung!

Tebakan saya, pasti banyak Mamah yang rutin ke tempat salon spa. Tahu bener lah sesama perempuan, sesama Ibu-ibu, salah satu cara melepas penat setelah berkutat dengan pekerjaan rumah ya ngeluyur ke sini. Self care demi bertugas yang lebih baik.

Dibanding service memperindah, seperti hair styling, nail polishing (mewarnai kuku); saya lebih suka service yang merilekskan yaitu serba pijat. Sebulan 2 kali saya rutin sempatkan untuk reservasi pijat kepala yang disebut hair spa atau creambath; pijat wajah yang bahasa kecantikannya adalah totok wajah atau facial massage; dan pijat badan yang dinamakan body spa atau body massage.

Namun jangan salah, tujuan saya refreshing tidak selalu menyenangkan. Pengennya damai menghayati pijatan sambil tidur nyenyak, eh malah dapat pegawai yang ngajak ngomong tanpa henti. Pasrah, saya sengaja gak complain, karena takut orangnya tersinggung terus mijitnya disalah-salahin lalu diniatin bikin salah urat. Kan serem ya.

Gimana dengan Mamah? Demen dipijitin sama yang suka ngobrol atau yang pendiam?

***

Dari beberapa salon di BSD dan Bandung yang sudah saya jelajahi, saya menarik kesimpulan bahwa mereka memiliki trik marketing yang sama untuk menjaga kepuasan pelanggan dan demi mendapatkan tips yang besar. Inilah contohnya:

1. Di Salon C, lokasi BSD. Salon ini adalah yang paling sering saya datangi. Selain cocok banget dengan pijatan Mba-nya, pelayanannya oke, orangnya diem saat sedang bekerja (malah menyuruh saya untuk tidur saja); juga sebuah kalimat:

“Eh Kak Sri. Baru datang lagi?” lalu meraih lengan saya dengan pelan dan berkata, “Dari dulu Kak Sri segini-gini aja ya. Awet banget sih Kak.”

Ku pun auto senyam senyum gak jelas. Seneng lah dibilang begitu. Boong kalo engga!

Namun dengan mengutamakan logika dan menyisihkan perasaan, ku nyadar bahwa itu sebuah trik marketing.

***

2. Di E. Spa Bandung. Kalau ke Bandung-nya lamaan, ini adalah my go-to. Lokasinya ada di Jalan Aceh.

“Kulit wajah Ibu kayak pake filter ya. Glowing. Pake apa Bu?”

Elaah. Rasanya kesengsem berat. Gak sia-sia usahaku merawat kulit.

Tapi beberapa lama kemudian, ku paham itu hanyalah sebuah marketing. Bisaan ya Mba-nya bikin aku ge-er hik.

***

3. Di E. Spa Bandung, yang cabang lainnya.

Hah Ibu sudah menikah? Gak kelihatan Bu. Saya yang kelahiran 2000 kelihatan lebih tua dari Ibu.”

Eaaa eaaaa rasa terbang itu pun datang lagi. Unchhh gak sia-sia pengorbananku menjaga tubuh dan wajah.

Lagi, ku pun terbangun. Jangan ge-er woyyy! Itu tuh biar kamu mau balik situ lagi.

***

4. R Beauty BSD.

Masak anaknya sudah gede? Gak mungkin ah. Badan begini 27 28an…”

***

5. R Beauty BSD dengan pegawai yang lain.

“Suaminya orang mana, Miss?”

“Orang Tegal, Bu?” jawabku.

“Kenapa gak sama orang Jepang aja Miss? Miss cocoknya sama orang Jepang!”

Duh Ibu… ‘mujinya’ kelewatan nih.

Ku tertawa kecil tanpa membalasnya. Hanya bisa membatin, “Yahh Bu, meskipun suami saya wong Tegal, tapi royal sama bininya….”

***

***

***

Sungguh suatu pelajaran yang berharga. Ilmunya sudah kupegang. Ketika suatu saat nanti ku akhirnya punya salon/spa, ku akan memberi pengarahan kepada para pegawaiku untuk melakukan trik marketing demikian.

Atau, haruskah sekarang juga ku membuka bisnis pijet di Atyrau, Kazakhstan…. 😃🤔

Social Observation

Culture Shock Kazakhstan #2

Sudah 4 hari kami tinggal di negara bekas jajahan Uni Sovyet yang baru merdeka tahun 1991 ini. Alhamdulillah so far aman, jalan terjal, riak-riak kecil, pasti ada. Ku sudah paham bahwa hidup tak setiap saat pelangi, plus kan ada Yang Maha Kuasa, tempat kita meminta dan bersandar ketika ada situasi sulit menghadang. Jadi, insha Allah no worries… 🤲🏻

Aduh tapi isi hatiku detik ini rada sedih sikik ehehe. Tadi sepulang kami cuci mata, Pak Suami tiduran di kasur sambil mukanya lesu,

“Mam aku kangen BSD. Andai saja waktu bisa diputar, aku gak ngambil tawaran ini Mam. Kayaknya kamu doang ya yang semangat di sini, aku gak Mam. Pengen pulang…”

Yahhh gimana gak ikut sedih denger Pak Suami curhat begitu. Lagi homesick kali ya ahaha. Nampaknya beliau memang gak suka jauh dari tanah air. Pengan makan KokoHo; pengen minum air kelapa; pengen mangut Omah Yung Ginah; pengen ayam geprek; pengen tempe penyet sambel trasi;….. lhahh kok alasannya makanan semua yakkk 😁

Namun at the end, beliau menenangkan dirinya sendiri, “Ah tapi ya sudahlah, yang penting ada kalian, aku jadi tetap terasa nyaman..”

***

Kita sudahi dulu introduction-nya yang sedikit mellow ya ehehe.

Saatnya meng-spill culture shock KZ edisi 2!

1. Banyak yang jalan kaki. Terpantau di segala sudut, pejalan kaki bertebaran. Bagi saya yang tinggal di BSD, dahlah mana ada orang mau jalan kaki. Kalaupun ada, petugas kebersihan yang menata jalanan dan taman di tengah jalan. Orang-orang Indonesia banyak yang memilih pake mobil ke mana-mana, eh aku pun juga sih ehehe, soalnya gak mau panas-panasan ehehe.

Meski siang cerah di sini, hawanya dingin dan bersih, trotoarnya besar dan luas, enak banget memang buat jalan kaki. Kemudian para pengendara mobil punya kesadaran tinggi terhadap para pejalan kaki. Mereka auto berhenti ketika ada yang mau nyebrang padahal gak ada lampu merah lho.Tapi pastikan kita menyeberang di tempat yang ada tanda untuk menyeberang jalannya ya.

Aku harus beli sneaker nih, pakai docmart ke mana-mana bikin jalanku gak bisa sat-set.

***

2. Gak ada yang bau kringet. Wow meskipun mereka jalan kaki, tapi ajaibnya setiap kali simpangan, gak cowok gak cewek, gak tua gak muda, semuanya gak bau badan wkwk.

Malah sebaliknya bau mereka tuh kayak umm apa ya.. kayak buah jeruk seger yang kecampur sama embun. Entah kenapa bisa demikian.

Aku harus meneliti secara scientific bagian DNA-sequence para penduduk sini. Apakah memang it’s in their gene atau ngaruh dengan habit mereka maupun makanan minuman mereka. Mau nanya-nanya kok ya enggan, ku belum bisa bahasa mereka uyyy. Pakai basa isyarat capek lho.

Kemarin ada jadwal Ibu-ibu yang membersihkan tempat kami. Sebelum mereka datang, aku sempetin malamnya belajar conversation singkat untuk memperkenalkan diri.

Menya zovut, kak vas zovut, totkudi, bolshoyo spasibo. Syukurlah berjalan lancar, dari perkenalan itu aku tahu nama mereka, Rosyan dan Anaya. Walaupun sudah berumur, tapi masih terlihat cantiknya. Keduanya berkulit sangat putih. Yang Ms Rosyan rambutnya pirang, namun agak shocking warna giginya kok kuning emas ya 🤭. Sedangkan yang Ms Anaya badannya tinggi, rambutnya hitam.

Wajah mereka kelihatan sumringah, pasti seneng lah ya ada orang asing bisa ngomong bahasa mereka.

Sayangnya itu cepat berlalu. Setelah saya menerima jawaban mereka berdua, mereka gantian ngomong sesuatu yang aku completely kagak paham. Wazz wuzz wezz ewezzz ewezzzz. Aku pasang tangan terkatup sambil bilang NYETTTTTTTT, yang artinya TIDAK.

***

3. Per detik ini gak nemu nasi. Juga gak dikasih sendok kalau lagi makan di cafe atau restoran. Melainkan garpu dan pisau.

Bahkan nyari beras di supermarket juga gak nemu. Andaikan nemu, bingung juga mau masaknya gimana. Rice cooker juga sepenglihatan kagak ada yang jual. Mau masak pake panci biasa, males.

Sumber karbohidrat mereka biasanya kentang dan roti.

***

4. SEPATU adalah KEHARUSAN. Mau ke toko kelontong sebelah, pake sepatu. Mau ke masjid, pake sepatu. Bayangkan jika kita menerapkan itu di Indonesia wkwkwk. Pasti dibilang lebay.

Suhu di sini dingiiin banget. Saat ini saja rata-rata minus 10 hingga minus 3. Mau sandal jepitan di udara begitu??

***

5. Mas-mas GOJEK di sini, yakin pasti bakal viral kalau dia tinggal di Indonesia. Ku sudah cerita kan bagaimana indahnya physical appearance mereka, well setidaknya di mataku ya, standar orang Indonesia. Sepertinya Mas itu salah negara aja. Coba ke Indonesia, Mas. Gak akan jadi Mas GOJEK, tapi jadi artis yang dipuja perempuan Indonesia.

***

6. Mall-nya kecil, layout-nya kayak BTC Bandung malahan ehehe. Tapi jelas lah vibe-nya beda ehehehe. Surprisingly, baju-bajunya bagus bagus banget, gaya banget, menurutku lho ya.

Ku penasaran desainernya siapa sih. Berani memunculkan ide baju yang unik dan atraktif. Ku jadi makin seneng di sini ahahaha.

Pantas saja di sini cewek-ceweknya (menurutku lho ya) sangat fashionable, tapi anehnya kok gak terkenal sebagai trendsetter macem Paris (France), Milan (Italia) gitu gitu ya.

Umm mungkin di mata mereka (para praktisi fashion), selera berpakaian cewek-cewek KZ belum memenuhi qualification sebagai negara dengan fashion sense bagus.

Adapun brand-brand yang sudah berhasil mengambil hatiku adalah : GLORIA JEANS (lokal), KOTON (Turki), dan LC WAIKIKI (Turki). Jujur gak menyangka, baju-baju milik perusahaan Turki sesuai dengan signature style-ku, Alhamdulillah.

***

***