Ada ITB-nya · Hanya Imajinasi alias FIKSI · Memori & Nostalgia · Social Observation · Tantangan MGN

Ayem Tentrem Bersama “Anti Bajakan Club”

MILEA, CISITU LAMA, 2006

Berburu DVD Bajakan

“Akhirnya beres juga UTS-nya ffiuuh. Minggu ini terasa lama dan energi habis terkuras. Maklum, tim ‘SKS’ (Sistem Kebut Semalam). Jangan ditiru ya!” tulis Milea dalam diary-nya.

Weekend ini gadis Sukabumi yang mirip artis Vanesha Prescilla itu berencana untuk melakukan me time yang nikmat dan berkualitas. Hanya ingin ga ngapa-ngapain di dalam kamar kosnya yang mungil dan sederhana tapi lokasinya sungguh strategis, karena dikelilingi Mang-mang penjual makanan. Dari segala jenis gorengan; minuman susu segar; cilok, cireng, combro, cincau dan lain-lain yang berawalan ‘C’; mi instan; bubur ketan; sampai nasi kapau. Slurrpp.

Abdi mah ingin santuyy ngglundang-ngglundung di kasur sambil nonton DVD, dan ditemani gorengan yang manis dan gurih. Sungguh terdengar sempurna..”, gumamnya sembari tersenyum.

Sabtu siang itu sungguh terik, gerah, dan melelahkan. Setelah berpanas-panasan; berganti sampai 3 kali angkot; nyasar kebablasan hingga ke Tegallega; berdesak-desakan untuk hunting DVD di Pasar Kota Kembang;… membuat Milea sangat bersyukur ketika sudah pulang ke kosan dan segera bergegas mandi sebelum nonton film hasil ‘buruan’ serta makan Nasi Ayam Ambyar yang lezat.

Diambilnya satu kantong plastik berisikan 36 DVD, ngeborong yeee. Harga DVD di pasar itu sangat murah, kalau yang koleksi lama Rp.5.000,- dapat 3; yang baru ada yang Rp.10.000,- dapat 3 dan Rp.5.000,- per biji; lalu untuk yang serial sampai belasan episode Rp.20.000,-.

Made with CANVA

Yang dibelinya antara lain: beberapa film terbaru yang baru tayang di bioskop; serial Korea berjudul Princess Hours yang sedang hit di kalangan teman-temannya; serta beberapa rekomendasi Mang penjual yang katanya bagus-bagus. Dari cara ngomongnya, Si Mamang sudah terlihat sangat expert dan meyakinkan.


‘Struggling dengan Legally Blonde

Ahh nonton yang mana dulu ya. Ahaa, ini saja, Legally Blonde! Film tahun 2001, tentang cewe dumb blonde, Elle, yang dengan semangat belajarnya berhasil masuk ke Harvard jurusan Hukum dan sukses berkarier sebagai pengacara. Wuihh sungguh inspiratif!”

Kata Si Mang, ORI nih!

— Selang 1 jam berselang —

“Super seru! Bikin penasaran, siapa ya pembunuh si bapak tua genit. Sadis amat sih. Bentar lagi ketahuan nih. Ayo Elle, semangat, kamu cerdas. Istrinya, selingkuhannya, anaknya, atau asistennya ya?? Hhmmm.”

Duh kebelet peepee, pause dulu ah, biar nontonnya bisa fokus.”

Cuurrrrr crevjkcexcrexcrrrrr

Legaaa! Klik play.

Dederered detdererered, bunyi DVD yang sedang berputar. Derereredddd. Layar tak tampak bergerak. Di-klik pause dan play lagi, pause play pause play pause… tetap tak bergeming.

Milea kesal dan panik. Tolong jangan ngadat di adegan yang penting ini. Dikeluarkan lagi DVD-nya dari player komputernya, lalu dimasukkannya lagi. Dedereeedddddtt dereedtdrtt.

Hopeless.

Asyeem kunyit, gumamnya.


Struggling dengan Gladiator

Okay tenang, tenangkan diri. Gus praba gus praba inhale exhale. Kan masih banyak stok DVD yang lain.” ucapnya sambil memilah DVD yang lain. “Hhmm yang ini saja, Gladiator, kata Mamang bagus maksimal, tentang petinggi kerajaan yang keluarganya dibunuh oleh sang anak raja karena iri, lalu dia menjadi gladiator yang perkasa dan balas dendam.”

— Beberapa saat kemudian —

Teks di layar komputer Milea terbaca: “Aku adalah seorang ayah yang membunuh anaknya, dan suami yang membunuh istrinya! Aku akan balas dendam ke yang membunuh anakku dan istrikuuuuuuuuu!”

Lho lho kok terjemahannya begitu! #bhidfhgrbjugguu#fyu$54%%## (sedikit mengumpat) sambil terbelalak tak percaya, Milea menjambak rambutnya sendiri untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi. Asyem kunyit. Katanya ORI. Kumaha Si Mamang.

Nyoba 1 DVD lagi ahh! Legally Blonde, mandheg; Gladiator, diterjemahin sama Si Mang-nya sendiri. Kalau ternyata yang ini masih bermasalah juga, aku bakalan, aku bakalan….hhhhhhh… ngapain ya??


‘Struggling’ dengan James Bond

Okay, bismillah, James Bond! Ppfiuhhh. Sexiest man alive nih Abang James. Gusti, tolong, tolonglah, semoga DVD yang ini BENER.

Teks di layar komputer terbaca: “Halo namaku James, James Ikatan.”,  “Kalau aku Rahmat!”

Tidaaaaak. Stress sudah Milea. ‘Bond’ jadi ‘Ikatan’, dan ‘Grace’ jadi ‘Rahmat’. Mana ada cewe hot sexy pirang begitu namanya ‘RAHMAT’, tolooong. Asyyeem kunyit.


‘Struggling’ dengan Mr. & Mrs.Smith

Di luar sudah mulai gelap, pertanda maghrib menjelang, “Sholat dulu, nanti diterusin lagi me time-nya.”

Assalammualaikum *tengok kanan. Assalammualaikum *tengok kiri.

Milea adalah mahasiswa jurusan Farmasi yang terkenal pantang menyerah, terlihat saat dia tetap semangat untuk mencoba menonton 1 DVD lagi. Dia optimis kegagalan akan berbuah manis jika sabar menjalaninya.

Mr.& Mrs. Smith, sebentar lagi kamu ya! Jangan kecewakan abdi ya. Plisss.

Setelah settled dengan duduk di atas kasur sambil bersandar di tembok yang sudah dipasang tumpukan bantal dengan nyaman serta sepiring nasi padang di pangkuan, Milea siappp untuk menikmati film selanjutnya.

And, action!

Layar komputernya menunjukkan adanya bayangan banyak kepala orang berderet. Ini filmnya emang gini atau..., pikirnya sambil menggaruk kepalanya. Dia mendekat ke layar dan….. Tidaaakkkkkk, asyem kunyit!

Salah satu cara oknum pelaku pembajakan adalah dengan merekam secara langsung filmnya di bioskop, yang otomatis bayangan dan suara riuh kemresek para penonton ikut mejeng di DVD.


Analisis Menuju Kesadaran

Milea menghabiskan hari Sabtunya dengan stress yang melebihi stress-nya ketika dia sedang ‘SKS’ persiapan UTS. Rencananya untuk menikmati me time-nya ambyar dan tidak sesuai harapan. Kalau sudah begini, mau marah ke siapa. Hidup adalah pilihan. Tidak ada yang memaksa untuk membeli DVD bajakan.

Dalam rangka mengevaluasi kekesalan yang dialaminya hari ini, Milea menghitung pengeluarannya, “Hari ini aku habis Rp.60.000,- untuk DVD yang aku beli; angkot 3 kali PP Rp.30.000,-; snack yang bukan makanan utama Rp.20.000,-. Total Rp.110.000,-. Kalau aku nonton di Cinema21 BIP, tiket Rp.15.000,- ; angkot cuma sekali dari kosan; jajan Rp.20.000,-.”

“Setelah dihitung-hitung, jatuhnya lebih murah nonton secara legal ya. Udah mah gambarnya bening; suaranya jernih enakeun; dan terjemahannya pun perfecto. Hanya satu kendalanya…, abdi jomblo, malu atuh dilihat orang-orang kalau ke bioskop sendirian.” tak terasa air matanya menetes teringat Dilan.


Enough is Enough!

Hoaahhmmm. Jam sudah menunjukkan 21.45 dan kantuk telah datang. Sebelum memejamkan matanya, dengan curiousity-nya yang tinggi, Milea berniat untuk mencoba menyalakan 1 DVD yang berjudul Kumpulan Lagu Indonesia Galau 2006, ada Glenn Fredly; Marcell; Peterpan; Padi; Audy; dan Ten to Five. “Pas banget mewakili isi hatiku.” ungkapnya sedih sambil membayangkan laki-laki yang jago merayu itu.

Siapa tahu DVD yang ini BENER dan tidak bermasalah, siapa tahu. Pikirnya.

Made with CANVA

Semua tak sama. Tak pernah sama… Lagu pertama berjudul “Semua Tak Sama” milik Padi, AMAN.

Tahukah kamuuuu semalam tadi aku menangis… Lagu selanjutnya, Audy – Menangis Semalam, AMAN.

Saat menjelang hari-hari bahagiamu… “Sedih Tak Berujung” yang dinyanyikan dengan sempurna oleh Glenn Fredly, AMAN.

Alhamdulillah, setidaknya ada 1 DVD yang bener hari ini. Lagunya sempurna buat mengiringiku tidur malam ini. Dan, Milea pun terlelap selama 1 jam kemudian, sampai……..

Semusim,… tlah kulalui… tlah kulewati… wati wati wat..wat.. wati wati wati wati wati wati wati.. Lagu “Semusim” milik Marcell, TIDAK AMAN.

Milea terbangun, asyem kunyit.

Sebelum sempat mematikannya, terdengar ketukan dan suara Pak Lasiman, bapak penjaga kos, “Neng, tolong dimatikan itu Neng, banyak yang keganggu.”

=================================================================



YUDHA, SANGKURIANG, 2004

Ihiiyy aku dapat ‘harta karun’ nih, textbook Mamlouk yang aslinya harganya ratusan ribu, bisa aku dapatin dengan harga Rp.45.000,- saja dari toko kecil rekomendasi Wahyu. Fotokopian sih tapi lumayanlah daripada beli bekas. Germs dude. Germs mamen.” Yudha sumringah dengan ‘keberuntungannya’ itu.

Kemarin Bapak sudah mengirim uang tambahan sebesar Rp.250.000,- untuk membeli buku tersebut. Tapi karena dorongan yang kuat untuk bisa memiliki jaket jeans ala Ariel Peterpan membuatnya sedikit berkompromi dengan berbohong kepada Sang Ayahanda.

Dua minggu berlalu sejak Yudha membeli buku bajakan murah meriah dan jaket idamannya.

Woh wohh wohh, ini halaman 98 sampai 117 kok gak ada?! Wahyu, ada halaman yang hilang gak di buku Mamlouk? Aku ada nih!” tanya Yudha ke Wahyu yang sedang duduk di bangku depan.

Wahyu segera menjawabnya, “Datang aja lagi ke sana, complain, pasti diganti. Mas Toko-nya baik kok!”


Sore itu sepulang kuliah, dia langsung menuju ke toko tersebut yang kebetulan letaknya memang tidak jauh dari kampus.

Mas Toko bertanya, “Struknya mana, Dek?” , dan dijawab dengan Yudha secara singkat, “Sudah gak ada, Mas. Saya gak pernah nyimpen.”

“Silahkan dibaca Dek papan pengumuman itu!” sambil menujuk plang tulisan yang ada di sampingnya.

Papan Pengumuman yang Dibaca Yudha
(Made with CANVA)

Lho kok begitu, Mas?” tukasnya, “Kata teman saya, bisa diganti. Tapi ini kok, saya rasa sudah dikhususkan buat saya ya Mas pengumumannya?”

“Kalau teman yang Adek maksud adalah Wahyu, ooo memang dia dapat privilege.” jawab Mas Toko dengan santuyy.

“Itu namanya gak adil, Mas! Hhuhh.” responsnya dengan nada tinggi sambil berjalan keluar meninggalkan toko.

Is it?” batin Mas Toko.


Sesampainya di kosan, Yudha mencoba ‘mendinginkan’ kepalanya yang masih ‘panas’ setelah bertemu dengan ‘orang aneh bin ajaib’ alias si Mas Toko. Syukurlah, Yudha adalah seorang gentleman yang tidak mau seenaknya menyalahkan orang lain dan keadaan atas hal buruk yang menimpanya.

Dalam kondisi yang sudah tenang, Yudha berlapang dada mengucap dalam hati, “Ini salahku sendiri, Bapak sudah capek membanting tulang buat kuliah anaknya, tapi aku malah mengutamakan gaya daripada buku. Tidak sepatutnya aku membeli buku bajakan di saat uang tersedia. Maafin Yudha, Bapak. Terima kasih sudah mengingatkanku, Ya Lord.”

=================================================================



WAHYU, ASRAMA BG, 2004

“Nak, maaf Ayah cuma bisa kirim setengahnya. Minggu depan Ayah kirimin lagi sisanya. Kelamaan apa enggak, Nak?” bunyi SMS Ayah pagi ini.

Wahyu segera membalasnya, “Ayah, tidak apa-apa. Uangnya sudah cukup kok buat beli buku. Bentar lagi tanggal 15 pula, Ayah, tanggal beasiswa bulanan masuk ke ATM. Minggu depan Ayah enggak usah kirim, buat adik-adik saja ya Ayah. Jangan khawatir, Ayah.”


Di Kamarnya, Wahyu Mendoa Pada-Nya
(Made with CANVA)

Duh bagaimana ya ini? Kondisi mepet seperti ini membuatku tak berkutik. Maaf Tuhan, hamba akan membeli buku bajakan. Engkau Maha Tahu bagaimana kondisi keuangan hamba. Hamba mohon ampun atas perbuatan ini. Hamba berjanji ketika sudah lulus nanti, dan memperoleh pekerjaan, hamba TIDAK AKAN lagi membeli buku (dan produk apapun) yang bajakan. Maafkan aku, Bapak Mamlouk; penerbit; dan semua pihak yang sudah membuat textbook yang saya butuhkan. Akan kumanfaatkan sebaik-baiknya.” Wahyu mengkomunikasikan kegelisahannya pada Sang Kuasa. 

=================================================================


Shyannysha, Tangerang Selatan, 2020

(Kisah senada juga dikisahkan di salah satu episode serial Thailand, Girl From Nowhere)

Hampir semua teman dekatnya di kelas berhasil menorehkan prestasi yang membanggakan sekolahnya, SMU Karya Jaya. Doni memenangkan perlombaan gitar antar sekolah di tingkat propinsi. Siti memperoleh penghargaan bergengsi karena kelihaiannya bermain ballet. Bahkan teman sebangkunya, Rima, yang kesehariannya ndlewer dan suka lupa mengerjakan PR, berhasil membuat novel remaja setebal 100 halaman lebih.

Sedangkan San –nama panggilan Shyannysha–, sejak kecil belum pernah sama sekali mendapat piala maupun menjadi juara sebuah kompetisi. Semua waktu dan tenaga yang dia kerahkan demi meraih kesuksesan melalui kecintaan melukisnya, tidak berbuah manis sedikitpun.

“Gambar apaan sih ini? Kok tidak jelas arahnya??”

“Lukisan kamu ada yang kurang, tidak ada soul-nya.”

Kok lukisanmu yang ini tampak seperti gambar adekku yang kelas 1 SD ya.”

Beragam komentar tentang karyanya cenderung negatif. Dia merasa frustasi dan insecure dikelilingi teman-temannya yang meraih prestasi, sedangkan dia seorang loser yang invisible.


Sampai suatu ketika….

Sudah! Cukup! Aku bosan kalah terus. Di tengah down-nya, San punya ide jenius. Aha!

San menghabiskan waktu berjam-jam di depan laptop untuk googling karya lukisan yang memenangkan lomba, yang bukan dari Indonesia. Scroll scroll, taa daa. Akhirnya dia menemukan gambar yang sangat dia suka yang dia yakin bisa mengubah hidupnya.

Gambar botol minuman yang dicengkeram oleh tulang tangan disalinnya plekk. San hanya membuatnya berbeda dengan menambahkan cipratan cat air secara acak di hasil akhirnya. Seperti terlihat pada ilustrasi berikut.

Before-After Lukisan yang Dijiplak oleh San (Made with CANVA)

Long story short, idenya BERHASIL. Banyak yang suka dengan karya terbarunya, bahkan San terpiilih menjadi pemenang di tahap ini. Bapak Ibu guru memberinya selamat secara langsung. Bapak Kepsek pun memujinya di depan semua siswa saat Upacara Bendera hari Senin. Teman-temannya juga seolah berebut untuk dekat dengannya.

From zero to hero. From no-one to someone. Dari yang sebelumnya hanya dapet kurang dari 10 likes untuk setiap karyanya yang di-post di Instagram, sejak saat itu jumlah likes-nya melesat ke ratusan. Followers-nya juga meningkat drastis.

Aku sekarang ‘dilihat’. Begini ya rasanya menjadi spotlight. Semua serba indah dan mudah.

Untuk ‘melegitkan’ kemampuan melukisnya, dia melakukan hal yang sama lagi, googling karya juara melukis dari negara lain yang dia tambahkan cipratan acak sebagai sentuhan akhir.


Namun semesta tidak mendukung San.

Hari itu datang seorang siswa SMA lain ke sekolahnya, yang marah-marah karena salah satu lukisan San adalah karya temannya yang tinggal di Vietnam.

Waduh pasti malunya bukan main. Umpatan; hinaan; cemoohan; dan plengosan banyak dia terima sesudahnya. NYONTEK jelas bukanlah ide yang jenius!


Nanno, murid baru yang wajahnya (dan namanya) sangat mirip dengan pemeran utama serial Thailand Girl From Nowhere, tiba-tiba mendatanginya. “Semoga kamu mendapat pelajaran dari perbuatanmu itu ya. Kamu adalah pelukis yang hebat dan berbakat. Terbukti sejak kecil hingga di usia ini, meskipun tidak pernah menang, kamu tetep tidak bosan untuk menggambar. Yang perlu kamu lakukan adalah bersabar, dan jangan mengharap uang dan popularitas atas sesuatu yang kamu cintai. Teruslah melukis karena kamu mencintai kegiatan itu. Jangan pikirkan komentar orang lain!” belum sempat San meresponsnya, Nanno langsung ngacir begitu saja.

Made with CANVA

Yang membuat San makin heran adalah tidak hanya nama dan appearance-nya, tapi karakternya pun persis sama dengan pemeran utama serial tersebut.

===============================================================


Oneng, Cikini, 2012

Windu Defrina sepasang anak muda... Mereka tenggelam di dalam ombak asmara…

Oneng terdengar gembira menyanyikan lagu favoritnya di kamar mandi. Alasannya tentu tidak lain dan tidak bukan adalah GAJIAN, hari paling membahagiakan para istri di setiap bulannya. Bang Juri baru saja memberinya uang bulanan.

Yuhuuuu, waktu Indonesia bagian belanja.

Oneng berencana untuk membeli kebutuhan bulanan dan kosmetik di ITC. Sesampainya di sana, matanya langsung tertuju pada toko serba pink yang luas dan menarik desainnya, yang menjual beragam keperluan kecantikan wanita.

Tanpa ba bi bu dia memasukinya dan ‘mencuci matanya’ di segala sudut toko itu. Ada body lotion pemutih dari Korea; krim pemutih wajah dari Philipina; pemulus ketiak; pencerah dengkul; pokoknya lengkap, semua ada! Oneng yakin jika dia memakai semua produk yang tersedia di sini, dia akan bertransformasi menjadi seorang Song Hye Kyo.

“Ini surga buatku, pingin deh beli semua, tapi Bang Juri cuma ngasi Rp.100.000,- buat keperluan kecantikan” pikirnya.

“Aku harus memilih sebijak mungkin. Hmmm hmmm…” sambil mengelilingi seluruh sudut toko untuk menentukan apa yang akan dia beli bulan ini. Tiba-tiba, MAC lipstick menariknya seperti magnet.

“Mbak, itu berapaan MAC-nya?” dia ingat merk MAC adalah yang paling sering diomongin di komunitas wanita Indonesia di internet. Hit dan ngetrend lah.

“Harganya Rp.75.000,- Kak. Dengan warna kulit Kakak yang cerah, cocok banget dengan yang ini nih, varian Sprite, warnanya coklat merah bata. Jadi kalau dipakai sehari-hari tidak mencolok tapi tetap terlihat dandan.”

“Tunggu.. tunggu.. Mbak, serius nih tujuh puluh lima ribuan? Itu bukannya mahal Mbak, dulu pernah baca di internet, harganya Rp.250.000,-. Ini beneran apa boong?”

Hehehe ya endak atuh, Kak. Kita tidak bohong, di sini MAC lipstick harganya Rp.75.000,- saja. Kalau ke mall memang harganya jadi mihil. Di-mark up abis-abisan. Kebayang kan mereka juga harus bayar sewa tempat yang mewah; tokonya juga lux; lampunya banyak; disemprot pengharum ruangan di segala arah agar wangi; dan karyawannya bejibun, ya pasti mahal, Kak!” jelas Mbak pegawai toko dengan panjang lebar.

Ehehehehe bener juga ya. Oke Mbak saya mau ya! Bungkusss!” Oneng sudah bulat memutuskan produk kecantikan yang dia beli.


Sepulangnya dari ITC, Oneng langsung mandi bebersih diri karena ingin segera memakai lipstick barunya agar terlihat lebih cantik ketika Si Abang pulang.

Saat membuka lipstick-nya, Oneng cukup terkaget dengan bau yang menyengat hingga hampir melemparnya. “Ehh lha dalah lha dalaah, hampir aja jatuh, bisa rugi besar kalau jatuh.”

Oles-oles di bibir, kok warnanya gak keluar ya. Oles-oles lagi, tapi tetap warnanya sangat tipis. Padahal dari yang dibacanya, MAC ini lipstick-nya terkenal dengan warna tebalnya yang muncul hanya dengan sekali oles saja, dan akan awet berjam-jam kemudian meskipun makan minum berkali-kali.

Dadanya berdegup kencang, bertanya-tanya apakah ini palsu. Apakah gw ditipu? Uang kecantikan bulanan dari Si Abang sia-sia dong. Ahh coba oles-oles lagi. Tetap tidak ada perubahan warna, yang ada malah bibirnya yang terasa berat.

Dengan semangat ala melabrak pelakor, Oneng menuju rumah Mila yang berjarak 3 rumah dari tempat tinggalnya. “Mila, pinjem HP-nya bentar dong, pulsa gw abis, gw mau ngecek website wanitadaily bentaaar aja.

Oneng dan Mila Sedang Membahas
MAC Lipstick (Made with CANVA)

“Kenapa Mpok Oneng? Kok panik begitu Mpok.” tanya Mila.

Gw mau ngecek lipstick merk MAC itu ada yang palsu atau tidak. Tadi gw…. “, Oneng menceritakan pengalaman lengkapnya ke Mila yang terkenal paling pinter di bidang kecantikan di kompleksnya.

Ayok Mpok kita baca bareng. Di sini ditulisnya adanya type yang SPIRIT, Mpok. Kalau yang Mpok punya, SPRITE. Itu mah minuman, Mpok. Lalu letak logo MAC asli ada di bawah, sedangkan yang punya Mpok, logonya di tengah. Maaf Mpok, ini fix PALSU, Mpok!”

Waduh bratibrati gw ditipu dong, Mil. Aaaaa Emaaak, Bang Juriiii!” Oneng berteriak histeris.

“Tenang, Mpok, yang sabar ya, Mpok. Lain kali jangan maksain diri buat beli yang impor, Mpok. Pasti mahal. Dhuwit segitu mah Mpok bisa dapetin lipstick lokal yang gak kalah bagus kualitasnya dengan yang impor. Ada merk Sariayu; Mustika Ratu; Make Over; Wardah;…bagus semua itu, Mpok. Nih lihat bibir Mila, Mila lagi pake yang merk Viva. Keluar kan warnanya.”

“Efek kosmetik palsu juga mengerikan, Mpok, bisa kena kanker. Sereeem, Mpok!” Mila menambahkan informasi penting kepada Oneng.

“Betul juga ya, Mil. Gw blacklist tuh toko! Ogah gw ke sana lagi!” ungkap Oneng dengan tegas.

“Nama tokonya apa, Mpok?” Mila penasaran.

“Toko Kawe Cantik Sukses, Mil!” jawabnya singkat.

Ooohhh pantesan...”

=================================================================


Tulisan ini khusus dibuat untuk berpartisipasi dalam event bulanan yang diadakan oleh club MGN –sebuah komunitas yang penuh dengan awesomeness dan positive vibes– , yakni “Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog”.

Untuk lengkapnya, langsung klik link berikut ya: https://mamahgajahngeblog.com/tema-tantangan-mgn-agustus-budaya-tanpa-bajakan/

Tema yang diangkat bulan ini adalah “Budaya Hidup Tanpa Bajakan”, yang sejalan dengan ide suatu kemerdekaan.

Alhamdulillah Puji Syukur, juga terima kasih yang sangat kepada para ancestors kita yang telah gugur memperjuangkan kebebasan negara kita dari cengkeraman tuca (golongan rendahan yang doyan merampas; menjajah; dan mengambil hak orang lain).

Tidak menjadi seperti tuca tentu adalah hal utama yang harus dilakukan oleh para generasi penerus bangsa. Apa bedanya dengan wong elek-elek itu kalau kita berbuat hal yang serupa?

Salah satu hal yang bisa kita tunjukkan adalah menjadi bagian dari anggota “Anti Bajakan Club”. Terutama ketika kita dikaruniai kemampuan, maka tidak ada alasan untuk TIDAK.

=================================================================




7 thoughts on “Ayem Tentrem Bersama “Anti Bajakan Club”

  1. Ini ceritanya lucu banget sih, setelah jadi juri tulisan lucu bikin mbak uril jadi semakin bisa bercerita lucu ya. Asli aku ngakak-ngakak baca pengalaman yang terkena tipu tukang bajakan. Emang ya mending beli asli kalau emang ada dananya atau tidak sama sekali.

    Like

  2. Uril lucu banget, ketawa-tawa sendiri ngebayangin kisah nonton DVD bajakan, mending nonton di bioskop ya, tapi jomblo tea haha.

    Good writing, lengkap banget, setuju banget dengan Anti Bajakan Club, semoga kita bisa istiqomah ya

    Like

  3. teeeh ngakak bangeettt, apalagi pas bagian James Ikatan 🤣🤣 kalau tulisan ini ditulis bulan lalu dan teteh ga jadi jurinya, saya yakin bukan saya juaranya tp teteh hahahaha

    Like

  4. Teteeeehhh kok selalu kepikiran sih bikin konten kocak gini 🤣 relatable banget isinya. Memang apapun yang bajakan seringnya malah merugikan…da nggak berkah mereun ya 😅

    Like

Leave a reply to restueka Cancel reply