Ada ITB-nya · Memori & Nostalgia · Tantangan MGN

Yang Pertama Tak Akan Pernah Terlupakan

Ternyata tidak mudah bagi saya untuk memikirkan tema Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog Februari 2022 dan menentukan travel manakah yang PALING berkesan, karena selalu ada pengalaman indah nan berharga di setiap perjalanan.


Setelah mengoprekoprek file dalam storage otak, saya putuskan untuk memilih ‘arsip yang jumlah halamannya paling tebal’ (baca: memori ingatan masih banyak tersimpan), yakni Studi Kenal Alam dan Lingkungan (SKAL) yang berlangsung selama seminggu di bulan Maret tahun 2000.

Study tour yang saya ikuti ketika duduk di kelas 2 SMA ini bisa dibilang sebuah game changer karena memediasi saya menjadi seorang remaja 16 tahun yang lebih matang. Jiwa muda yang sedang bergejolak; keinginan untuk membuktikan pada dunia bahwa saya capable of doing something; dan segala tetek bengek perkembangan fisik-emosi-kognitif.


Serba “PERTAMA KALI”

Tidak ada manusia yang bisa melupakan masa PERTAMA kalinya. Sama halnya ketika Mamah selalu ingat dengan MALAM PERTAMAnya. *ehem ehem. Iya atau iya, Mah? Ehehe.

Di perjalanan inilah saya menemukan banyak “PERTAMA KALI” dalam hidup saya.

Pertama kalinya saya pergi ke luar kota tanpa didampingi orang tua. Saya merasa sudah ‘gede banget‘ dan takjub dengan diri sendiri. Tidak menyangka bahwa saya MAMPU berjauhan dengan Mamah tanpa menangis rindu.

Pertama kalinya saya pergi ke luar kota dengan teman-teman. Namanya juga program sekolah, jelas saja suatu KEHARUSAN untuk para siswa selalu bersama. Namun tetap saja, rasa wow itu ada. “Wuihh aku wes gede ya, keren, perginya sama teman-teman, sudah bukan ‘anak kemarin sore’ lagi yang ke mana-mana sama Mamahnya.”

Pertama kalinya saya memegang uang lebih banyak dari biasanya dan juga harus mengelolanya sendiri. Menentukan jajanan apa yang saya beli tanpa pendapat dari Mamah serta memastikan tidak habis sebelum waktunya.

Pertama kalinya saya memilih sendiri baju apa yang saya kenakan. Ini sungguh luar biasa bagi ABG yang SELALU minta dipilihin Mamahnya dalam hal berpakaian dan dalam ngapangapain rambutnya: dikuncir atau diurai; pakai pita yang mana; … Saya tidak akan percaya diri kalau bukan Mamah yang menentukan, bahkan pernah rela tidak datang ke acara ultah teman hanya karena Mamah sedang pergi dan lupa belum menyiapkan baju yang akan saya kenakan. Di SKAL ini, Mamah membawakan saya 3 atasan dan 3 bawahan untuk bebas saya mix match. Wuohh rasanya degdegan, adrenalin meningkat drastis, diikuti feeling high.

Pertama kalinya saya menjadi anggota panitia sebuah event besar, in charge of something significant. Saya ditunjuk sebagai bendahara SKAL dan membuat saya digratiskan oleh pihak sekolah. Senang sekali saya bisa earn something dari keringat sendiri dan berhasil melawan rasa takut memegang tanggung jawab besar.

Pertama kalinya saya merasakan nikmatnya makan nasi Padang dan ayam McD. Jaman itu belum ada di Kediri dan hanya bisa dibayangkan sambil ngiler ketika melihat iklan di televisi. Anak Kediri ini merem melek saat menyantap kedua makanan tersebut.

Pertama kalinya saya melihat secara langsung dan memasuki gedung kampus besar favorit: UGM, ITB, dan UI. Serta perusahaan negara yang penting dan terkenal, seperti IPTN dan BPPT.

Pertama kalinya naik wahana Halilintar di Dufan, yang sekaligus terakhir kalinya. Endak mau lageee!

Pertama kalinya saya merasa siap untuk exploring dan wandering tempat baru yang asing dan jauh dari rumah, layaknya anak burung peregrine falcon yang siap terbang ribuan kilometer. Melalui SKAL saya berkesempatan bertemu dengan orang-orang dewasa profesional (dosen, staf ahli) dan tanpa segan saya melayangkan banyak pertanyaan yang tepat sasaran. Seneeng banget saat dipuji, “Pertanyaan yang bagus dari adek ini…”. Hore!


Destinasi Favorit: Bandung dan ITB Khususnya

Diantara ketiga kota besar yang saya datangi: Jogja, Bandung, dan Jakarta; BANDUNG-lah favorit saya.Terutama karena saya sudah memimpikan untuk masuk ke ITB sejak kecil, jadi level penasaran bagaimana detail rupa Bandung, tinggi.

Momen di mana saya menginjakkan kaki di gerbang Jl. Ganesha 10, itulah momen saya yakin bahwa saya akan ditakdirkan untuk menjadi mahasiswa ITB 1 tahun 5 bulan kemudian. Sungguh pikiran yang optimis.

Saya belum terpikirkan mau memilih jurusan apa, jadi ketika kelompok saya mendapat bagian untuk berkunjung di jurusan Farmasi dan Teknik Industri, saya tetap excited. Malah bisa menjadi insight buat saya seperti apakah jurusan tersebut. Saya juga ingat, salah satu dosen Farmasi yang menyambut kami berkata, “Murid-murid SMA 2 Kediri yang kuliah di ITB hanya sedikit, tapi pinterpinter semua…”. Ya ampun, Bapak, you have no idea betapa kalimat Bapak mengeboost ke-PEDEan saya untuk lurus niat ke ITB.

Seusai jadwal kunjungan jurusan, saya puas-puasin menjelajah sudut kampus. Saya ngeborong sticker dan gantungan kunci berlabel ITB dengan berbagai desain gambar di Kokesma. Kemudian mampir ke pameran jurusan, yang membuat saya mengenal dan terpukau dengan Astronomi. Diakhiri dengan ngadem di masjid Salman.

Cuaca yang sejuk, pemandangan kampus yang dipenuhi mahasiswa ‘berwajah pintar’, arsitektur gedung yang unik,… ahh aku jatuh cinta. Diiringi bayang-bayang madecer (masa depan cerah) yang menanti.

Ehh ada kisah pemanisnya juga. Entah merasa kasihan dan ngenes lihat adik SMA almamaternya keluyuran sendirian di kampus atau gimana. Kakak alumni yang waktu itu sudah berkuliah di jurusan Teknik Industri tingkat akhir, berbaik hati mau menemani saya. Saat jadwal kunjungan kampus selesai dan akhirnya kembali ke bus serta diikuti acara jalan-jalan ke Cihampelas; kakak angkatan ’96 tersebut, Kak Dedy, masih setia mendampingi. Btw perkenalan kami ini berlanjut lho ehehe. *episode cinta monyet


Selama mengelilingi Bandung, saya (dan hampir semua teman saya) terpana dengan keberadaan teteh-teteh geulis yang tersebar dimanapun mata memandang ehehe. Fashion sense anak muda Bandung lebih tinggi dari remaja Kediri pada umumnya.

Ulah para teman laki-laki pun bikin ngakak wkwkwk. Saat bus sedang melaju di depan kampus UNPAD dan UNPAS, yang kebetulan banyak teteh-teteh mahasiswi yang sedang berjalan kaki di trotoar; mereka rela beranjak dari kursinya untuk pindah jendela kanan, lalu kiri, lalu kanan lagi, …., dan seterusnya mengikuti irama adanya teteh geulis yang dilalui.

“Kuwi lho, kuwi lho. Biyooh koyok Tamara Bleszinki. Eh seng kae lho, koyok Alda, huayuuu”

Kami, yang putri, terkekeh melihat polah anak-anak cowok. Tertawa bersama adalah pengalaman yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Seru banget dan membahagiakan. 🙂


Mator Suwon Atas Kebersamaan Ini, Konco-konco

Selama perjalanan saya seneeeeng bangeeet dan merasa dekat dengan teman-teman. Padahal ngobrol juga kagak –anak pendiam detected–, tetapi dengan fakta berada dalam satu bus yang sama, serasa ada suatu ikatan khusus. Sampai sekarang saya masih ingat lagu-lagu yang mengiringi perjalanan kami di bus nomor 2. Hello The Corrs, Chrisye, Rossa, Sheila on 7, ….

Sayang saya tidak mendokumentasikan event ini. Andai 20 tahun yang lalu sudah ada ponsel ya ehehe. Foto resmi dari sekolah pun sudah hilang.

Tetapi alhamdulillah, ada teman seangkatan alumni SMA 2 Kediri yang bertemu kembali di WAG setelah 20 tahun berlalu, yang masih menyimpan foto SKAL. Beliau bersedia memberikan screenshot-nya untuk saya. Meskipun di foto tersebut saya tidak ada, karena saya dan beliau beda kelas dan beda bus, namun sangat mewakili keberadaan perjalanan ini. Mator suwon ya koncoku.

(Dibuat dengan CANVA)

I’m Coming Home

Perjalanan pulang pun datang juga. Saya cukup sedih tetapi elevated secara bersamaan. Gembira karena sudah kangen dan akan segera bertemu dengan Mamah, Papah, Eyang Kakong, Eyang Putri, dan keempat adik saya. Tak sabar ingin cerita semuaaaa keseruan pertama kali berjauhan dengan mereka.


13 thoughts on “Yang Pertama Tak Akan Pernah Terlupakan

  1. Seru banget Uril, pastinya ini satu minggu yang tidak terlupakan ya. Alhamdulillah, cita-cita masuk ITB juga kesampaian. Apakah cerita dengan Kak Dedy juga berlanjut ? haha

    Tiba-tiba ingat aku punya teman angkatan 97 TL, namanya Rini, kayanya dia orang Kediri deh, lupa-lupa ingat. Tapi yang pasti antara Kediri atau Blitar. Soale aku suka dapat oleh-oleh keripik tahu.

    Like

    1. Ehehe makasiiy Mamah May. Iya May, pengalaman luar biasa sebagai anak ABG yang ‘anak mamah dan anak rumahan’.

      Ehehe dengan Kak Dedy, hanya berlanjut beberapa saat saja May, surat suratan dan telponan seminggu sekali. Telpon interlokal mahaaal ya wkwkwk. Di sini saya berani nulisin namanya ehehe karena 90 persen yakin beliau tidak akan pernah membacanya, karena betul2 sudah lost contact sama sekali.

      Oiyakah May? Bisa jadi Mba Rini adalah orang Kediri juga. Karena kripik tahu itu salah satu oleh oleh khas Kediri. Ehehe. 🙂

      Like

    1. Ehehehe Mba Shantyyyy. Makasiy ya Mba. 🙂

      Iya Mba, seru sekali ehehe. Jaraknya jauuh pula dari rumah, dan termasuk lama pisah dari keluarga.

      SMAnya dulu di Karawang ya Mba Shanty. Wah meskipun tidak menginap dan destinasinya sedikit, pasti terasa berbeda kalau bareng teman teman ya Mba. 🙂

      Liked by 1 person

  2. Seruu Teh Uril😃jadi inget pas zaman study tour waktu SMA ke Bali,,, kapan lagi bisa ke Bali dengan price dan nuansa kaya gitu, demikian kata teman sebangkuku😆sayang waktu itu aku ga ikut, lupa apa aku sakit atau apa ya waktu itu, hehehe

    Like

  3. Selalu seru baca tulisan teh Uril. Rasanya aku waktu visit ITB sebelum berhasil masuk itu juga hawanya beda, ada keinginan memuncak juga bisa lolos masuk :))

    Btw Kak dedy itu mah modus :)) dan ternyata berlanjut yaa hahaha

    Like

  4. Baru komen di tempat yang tur kampus di Boston, ternyata mamah Uril pas SMA ada study tour mengunjungi berbagai kampus ya. Sayangnya sekolahku dulu nggak ada begini hehehe. Eh gimana sambungan cerita edisi cinta monyetnya? ada di posting yang mana nih? HIhihihi

    Like

Leave a comment